MEDIA
PEMBELAJARAN GEOGRAFI
DOSEN
PARIDA
ANGGRIANI, M.PD.
DISUSUN
O
L
E
H
UUN
WANTRI YANI
NIM
: A1A510218
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2011
MEDIA
PEMBELAJARAN GEOGRAFI DAN GEOMORFOLOGI
1.
Konsep Media Pembelajaran
A. Pengertian
Media Pembelajaran
Media
Pembelajaran ialah bagian dari metode pengajaran yaitu penyampaian materi dari
guru ke peserta didik, Media pembelajaran adalah suatu sarana untuk
meningkatkan hubungan atau interaksi anatara guru,siswa dan lingkungan
pembelajaran.
B.
Tujuan Menggunakan Media Pembelajaran
Adapun
tujuan menggunakan media dalam pembelajaran diantaranya adalah :
1.
Untuk
membangkitkan atau meningkatkan motivasi belajar siswa
2.
Bahan yang
diajarkan akan lebih jelas (tidak akan timbul verbalitas)
3.
Metode
pembelajaran bias bervariasi
4.
Siswa lebih
banyak mengadakan kegiatan belajar
C.
Jenis-jenis Media Pembelajaran
Ada
berbagai macam jenis media pembelajaran dari berbagai literatur, adapun
jenisnya sebagai berikut :
1.
Jenis dan kriteria memilih media pengajaran :
1.
Media Grafis (2
dimensi)
Ialah media yang dapat diukur panjang dan
lebarnya. Contoh : gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster, kartun, komik
2.
Media 3 Dimensi
Ialah media dalam bentuk model. Contoh : model
padat, penampang, susunan, kerja dan model diorama
3.
Media Proyeksi
Contohnya : slide, film, penggunaan OHP
4.
Penggunaan
lingkungan sebagai media pengajaran
2.
Jenis media
a.
Media audio
Contohnya : radio, tape recorder, piringan
hitam, pita radio dan lain-lain
b.
Media Visual
- Visual Diam : foto, buku, majalah, surat
kabar, bagan, diagram, dan poster
- Visual Gerak : film bisu
c.
Media Audio
Visual
- Diam : slide + suara, rekaman, film rangkai
+ suara, buku + suara
- Gerak : Video, cd, film rangkai + suara, tv,
gambar + suara
3.
Jenis Media menurut Hartojo
Media serba aneka
Contohnya : papan tulis, pengumuman, majalah
dinding, mesin pengganda
Media 3D
Contohnya : Sampel, model diorama dan artefak
Teknik dramatisasi
Contonya : Drama, pantomime, bermain peran dan
simulasi
Sumber belajar pada masyarakat
Contohnya : kerja lapangan, studi wisata,
perkemahan
Belajar terprogram
Misalnya : lewat Komputer
4.
Jenis media pembelajaran :
Media Visual
Misalnya : Grafik, diagram, chart, peta,
bagan, poster, kartun dan komik
Media Audio
Misalnya : Radio tape, laboratorium bahasa
Project Still Media
Misalnya : Slide, OHP, in focus
Project Motion Media
Misalnya : Film, tv, video
Hal-hal
yang diperhatikan dalam menggunakan media
1. Guru perlu memiliki pemahaman media
pembelajaran tersebut, antara lain : jenis manfaat dan kriteria
2. Guru terampil membuat media pembelajaran
sederhana untuk keperluan pengajaran
3. Pengetahuan dan keterampilan dalam menilai
keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran.
Kriteria
yang harus diperhatikan guru dalam menentukan jenis media :
1. Ketepatan dalam tujuan pembelajaran (
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai )
2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran,
bahwa pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat
memerlukan bantuan media agar mudah dipahami siswa
3. Kemudahan memperoleh media
4. Keterampilan guru untuk menggunakannya
5. Sesuai dengan taraf berfikir siswa
Media
digunakan guru, pada saat :
a. Perhatian siswa terhadap pelajaran mulai
berkurang akibat kebosanan mendengarkan guru
b. Bahan pengajaran yang di gunakan guru
kurang dipahami siswa
c. Terbatasnya sumber pengajaran
d. Sesuai dengan taraf berfikir siswa
Fungsi
media pemebelajaran :
Media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan pengalaman peserta didik
Media pembelajaran dapat melampaui batas
ruang
Contoh :
a. Obyek terlalu besar atau obyek terlalu
kecil
b. Obyek bergerak lambat atau obyek bergerak
lambat
c. Obyek terlalu kompleks
d. Obyek yang bunyinya terlalu halus
e. Obyek yang mengandung bahaya resiko tinggi
Media pembelajaran memungkinkan adanya
interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya
Media Pembelajaran menghasilkan keseragaman
pengalaman
Media Pembelajaran dapat menanamkan konsep
yang benar konkrit dan realistis
Media Pembelajaran membangkitkan keinginan,
minat baru
Media Pembelajaran membangkitkan motivasi,
merangsang anak untuk belajar
Media Pembelajaran memberikan pengalaman
yang integral atau menyeluruh yang konkrit ke yang abstrak
GEOGRAFI DESA KOTA
1 pengertian Geografi Desa Kota
Pengertian
Desa
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1979 Tentang pemerintah daerah, Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, Desa
adalah suatu kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri. Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma
adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggalnya suatu masyarakat dengan
pemerintahan tersendiri.Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau
kesatuan goegrafis, sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat
itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan
daerah lain. Sedang menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang penduduknya
kurang dari 2.500 jiwa.
Pengertian Kota
Seperti halnya
desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti pendapat
beberapa ahli berikut ini:
a.
Wirth
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni
oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
b.
Max Weber
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
c.
Dwigth Sanderson
Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh
ribu orang atau lebih.
d.
Menurut Prof. Drs. R. Bintarto,
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk
yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang
materialistik.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri
mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan
komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Talcot Parsons juga menjelaskan mengenai tipe masyarakat kota dengan
ciri-ciri, yaitu:
a.
Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas
dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau
Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional
atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat
rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b.
Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya
sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan
kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup
tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk
individualistik.
c.
Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran
rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
d.
Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu
diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e.
Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri dari
lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
Kota Dilihat Dari
Aspek Fisiografi, Sosial,Ekonomi, Budaya, Politik Dan Tekhnologi seperti yang
kita ketahui, dalam kehidupan sehari-hari kota selalu tampak sibuk. Warga kota
yang menjasi penghuni kota memerlukan tempat berteduh, tempat bekerja, tempat
bergaul dan tempat menghibur diri. Oleh karena itu kota dapat kita lihat dari
segi fisiografis, ekonomi, budaya, sosial dan politik.
Di dalam sejarah
perkembangan kota dapat dibagi menjadi 3 zaman kota-kota pada waktu lampau
(cities of the past) tergolong antara lain : kota-kota oriental, kota-kota
Yunani, kota-kota Romawi, dan lainnya yang merupakan kota-kota kebudayaan kuno
1.
Kota-kota pada zaman pertengahan (medieval cities) di mana pada abad ini banyak
dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan Romawi
2.
Kota-kota pada zaman modern, di mana pola dan perkembangannya sangat ditentukan
oleh factor-faktor politik dan ekonomi.
2.
Ciri-Ciri Desa
Kota
a.
Desa
Dengan ciri ciri
sebagai berikut :
a.
Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b.
Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan
terhadap kebiasaan.
c.
Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi
alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang
bukan agraris adalah bersifat sambilan.
b.
Kota
ciriciri kota dibedakan menjadi dua sebagai
berikut.
a. Ciri-Ciri Fisik
Di wilayah kota terdapat:
1) Sarana perekonomian seperti pasar atau
supermarket.
2) Tempat parkir yang memadai.
3) Tempat rekreasi dan olahraga.
4) Alun-alun.
5) Gedung-gedung pemerintahan.
b. Ciri-Ciri Sosial
1) Masyarakatnya heterogen.
2) Bersifat individualistis dan materialistis.
3) Mata pencaharian nonagraris.
4) Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan
mulai pudar).
5) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan
masyarakat kaya dan masyarakat miskin.
6) Norma-norma agama tidak begitu ketat.
7) Pandangan hidup lebih rasional.
8) Menerapkan strategi keruangan, yaitu
pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat secara tegas.
UNSUR
PEMBENTUKAN BUMI
1.
Litosfer
Litosfer adalah
lapisan kerak bumi yang paling atas yang tersusun oleh batuan. Pengertian
batuan di sini bukan hanya batu ~sebenar-benarnya batu~ yang keras seperti yang
kita kenal sehari-hari, tetapi juga berbagai jenis tanah, pasir, debu, kerikil,
abu vulkan, dan lain-lain. Sumber dari segala jenis batuan tersebut ialah
magma. Magma adalah
batuan cair dan pijar yang bersuhu tinggi dan mengandung berbagai unsur mineral
dan gas. Dalam litosfer, terdapat lebih dari 2000 mineral dan 20 diantaranya
adalah mineral pembentuk batuan. Mineral pembentuk batuan yang paling penting,
antara lain yaitu:
MACAM-MACAM MINERAL PEMBENTUK BATUAN
Pengertian Kota
·
Kuarsa (Si02),
·
Feldspar,
·
Piroksen,
·
Mika Putih
(K-Al-Silikat),
·
Biotit
(K-Fe-Al-Silikat),
·
Amphibol,Khlorit,
Kalsit (CaC03),
|
·
Dolomit (CaMgCOT3),
·
Olivin (Mg,
Fe),
·
Bijih Besi
Hematit (Fe2O3),
·
Magnetik (Fe3O2),
dan
·
Limonit (Fe3OH2O)
|
Litosfer
mengandung unsur-unsur utama yang menjadi penyusun batuan. Unsur-unsur tersebut
antara lain adalah zat asam, silisium, aluminium, besi, magnesium. Unsur yang paling
banyak di temukan dalam litosfer adalah silisium, aluminium, dan magnesium.
Gabungan unsur-unsur tersebut kemudian membentuk lapisan litosfer.
Litosfer terdiri
dari dua lapisan, yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar disebut
lapisan sial karena lapisan ini sebagian besar terdiri dari silisium
dan aluminium ( Si=silisium, al=aluminium). Sedangkan lapisan dalam
litosfer disebut sebagai lapisan lapisan sima, karena sebagian besar lapisan
ini terbentuk dari silisium dan magnesium.
Tebal litosfer
rata-rata adalah 1200 km. Ketebalan litosfer tersebut terbagi menjadi 2, yaitu
tebal lapisan sial 100 km dan sisanya adalah tebal lapisan sima yaitu 1100 km.
Karena sebab tertentu, Litosfer dapat terpecah menjadi beberapa lempeng
tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua. Litosfer berdasarkan
letaknya, litosfer terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
TIPE LITOSFER
·
Litosfer samudra,
adalah kulit bumi yang berhubungan dengan kerak samudra dan berada di dasar
samudra . Litosfer samudra memiliki ketebalan 50 – 100 km.
·
Litosfer benua,
adalah kulit bumi yang berhubungan dengan kerak benua. Litosfer benua mempunyai
ketebalan 40 – 200 km.
Litosfer bersifat
tidak stabil. Karena itu seringkali terjadi pergeseran dan pergerakan yang
menjadi penyebab terjadinya gempa bumi.
a.
Tenaga Pembentuk
Muka Bumi
a.
Tenaga Edogen
Tenaga
Edogen : tenaga pembentuk muka bumi yang
berasal dari dalam bumi.
Tenaga Endogen terdiri dari 3 jenis
yaitu : Tektonisme, vulkanisme, dan Seisme
1. Tektonisme / Diatropisme /
Tektogenesa: yaitu gerakan kulit bumi secara mendatar maupun vertikal.
Akibat tektonisme ada dua macam yaitu:
Epirogenetik dan Orogenetik
a. Gerakan
Epirogenetik ( tenaga pembentuk benua)
Gerakan ini berlangsung relatif lama,
dan meliputi daerah yang luas
Epirogenetik Positif : Laut
seolah-olah naik karena daratan turun
Gambar:
Contoh epirogenetik Positif : Turunnya
pulau-pulau di Indonesia bagian timur, Turunnya muara sungai Mississipi (USA)
Epirogenetik Negatif : Laut
seolah-olah turun karena daratan naik
GambarContoh: Naiknya P. Timor dan P.
Buton (sulawesi), naiknya dataran tinggi Colorado (USA) Naiknya P. Simeulue
(Sumatera)
b. Gerakan
Orogenetik (Tenaga Pembentuk Gunung)
Gerakan ini relatif cepat. Gerakan
vertikal dan horisontal ini menyebabkan terjadinya dislokasi (pergeseran kulit
bumi) sehingga menyebabkan terjadinya lipatan maupun patahan.
Gambar jenis-jenis lipatan
Gambar jenis-jenis patahan
2. Vulkanisme : yaitu peristiwa
yang berhubungan dengan aktivitas magma di dalam bumi.
Gunung api berdasarkan bentuknya:
a. Gunung api berbentuk Maar
Terbentuk akibat satu kali letusan
(eksplosif) cukup besar dan dapur magma dekat dengan permukaan bumi
Contoh : G. Api lamongan (Jawa timur
), Peg. Eifel (perancis)
b. Gunung api berbentuk kerucut
/ strato
Bentuknya seperti kerucut, terjadi
karena letusannya meleleh (efusi) berkali-kali dari bahan kental sehingga
berlapis-lapis dan makin tinggi.
Sebagian besar gunung di Indonesia
berbentu strato ini.
c. Gunung api berbentuk
Perisai / tameng/ aspit
Bentuknya seperti perisai, terjadi
karena bahan letusan sangat cair sehingga meleleh sangat landai antara 1 - 100
Contoh : G. Mauna Loa dan Kilanca di
Hawaii
Gunung api berdasarkan berdasarkan
Aktivitasnya:
a. Gunung aktif: yaitu gunung
yang masih aktif, selalu mengeluarkan asap, dan sering menimbulkan gempa
b. Gunung mati ; Gunung yang
tidak meletus lagi. Contoh G. Sumbing, G. Lawu, G. Patuha
c. Gunung istirahat:
gunung yang sewaktu-waktu masih bisa meletus kemudian istirahat kembali dalam
waktu lama. Contohnya G. Kelud, G. Cermai.
Gunung berdasarkan Tipe Erupsi
(letusannya)
a. Tipe Perret : Erupsi mengeluarkan bahan-bahan yang
disemburkan hingga ketinggian 80 Km ke udara, lawanya cair, tekanan gas sangat
tinggi, dapur magma sangat dangkal/ dekat dg permukaan bumi.
Tipe ini paling berbahaya, sehingga
ketika terjadi erupsi hampir seluruh badan gunung hilang karena disemburkan ke
udara
Contoh: hanya ada 2 di dunia G.
Vesuvius (Italia) dan Karakatau (Indonesia)
b. Tipe Merapi : bahan yang dikeluarkan Lava kental, demikian
kentalnya sehingga menyumbat kawah, maka ketika sumbat kawah pecah
mengakibatkan terjadinya awan panas yg dikenal dengan nama “Wedus Gembel” /
gloedlawine :
Contoh : G. Merapi di perbatasan
Yogyakarta dan Jawa Tengah
c. Tipe Stromboli : saat erupsi mengeluarkan lava berirama 5 menit
sekali. Lavanya sangat cair,dapur magma dangkal, namun tekanan gas sedang
Contoh: G. Stromboli (Italia) , G.
Raung (Jawa Timur)
d. Tipe Vulkano kuat : Menyemburkan hujan abu sangat tinggi.
Contoh : G. Etna (Italia)
Tipe Vulkano lemah : mengeluarkan asap
abu
Contoh : G. Bromo, G. Semeru
e. Tipe pelee : Mirip seperti tipe merapi ,membentuk sumbat kawah
dan memencarkan awan panas. Bedanya : merapi tekanan gasnya rendah dan dapur
magmanya sangat dangkal, sedangkan Pelee Tekanan gasnya sangat tinggi dan dapur
magmanya dalam.
f. Tipe St Vincent
Gunung api berdasarkan Bentuk Lubang
Erupsinya
a. Erupsi Sentral : Magma keluar
melalui satu saluran magma/ satu lubang kawah
b. Erupsi Linier : Magma keluar
melalui retakan kulit bumi/ patahan sehingga membentuk deretan pegunungan
c. Erupsi Areal : dapur
magma sangat dekat dengan permukaan bumi sehingga kulit bumi menjadi gosong
Gunung berdasarkan bahan-bahan yang di
ledakkan:
Antogen : bahan yang diledakkan
berasal dari magma saja
Alogen : bahan yang diledakkan selain
dari magma juga dari material disekitar kawah
Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh
Vulkanisme:
a. Bahan Padat (efflata).
Bom (batu-batu besar), lapili
(kerikil), pasir, debu, dan batu apung
b. Bahan Cair :
- Lava : Magma yang telah keluar
- Lahar panas : Lava panas
bercampur air
- Lahar dingin : Lava yang telah
dingin di puncak gunung, ketika hujan mengalir kebawah
- Geyser : yaitu mata air yang
memancarkan air panas secara periodik.
Contoh : geyser di Yellow Stone Park
(USA)
- Makdani : Mata air mineral.
Ciater, Guci
c. Bahan Gas ( ekshalasi )
- Solftar (H2S) : Gas
Belerang
- Fumarol (H2O): Uap
air
- Mofet (CO)
- Awan panas
Tidak semua magma dapat keluar ke
permukaan bumi ada juga yang membeku di dalam bumi menjadi batuan beku dalam .
Peristiwa ini disebut Intrusi Magma/ Platonisme
Jenis-jenis dan bentuk Intrusi Magma.
Dampak positif Vulkanisme
1. Menyuburkan tanah. Abu
vulkanik akan lapuk menjadi tanah Vulkanik yang subur
2. Mendekatkan bahan
tambang ke permukaan bumi
3. Gunung menjadi daerah
penangkap hujan
4. Menjadi daerah wisata,
dan perkebunan
5. Dll
Dampak Negatif Vulkanisme.
Menyebabkan terjadinya bencana berupa
gempa, awan emulsi/awan panas, dan letusan
Ada beberapa cara untuk mengurangi
bahaya letusan gunung api,antra lain:
1. Membuat kanal-kanal utuk
mengalirkan lava ketika terjadi letusan (khusus utk tipe letusan effusif)
2. Membuat terowongan-terowongan
air pada kepundan yang berdanau
3. Mendirikan pos pengamatan
gunung api
4. Mengungsikan penduduk dari
daerah bahaya
3. Seisme / Gempa Bumi.
-
Seisme/gempa adalah getaran permukaan bumi disebabkan tenaga dari dalam
bumi.
- Pusat gempa
di dalam bumi disebut Hiposentrum, sedangkan pusat gempa di permukaan bumi disebut
episentrum
- Alat
pengukur gempa : seismograf (horisontal maupun vertikal), kekuatan gempa
dinyatakan dalam satuan Skala richter
- Gempa yang
intensitasnya dapat diketahui tanpa menggunakan alat disebut Macroseisme,
sedangkan gempa yang intensitasnya kecil dan tidak dapat dirasakan disebut
Microsisme
- Isoseista :
adalah garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang terkena gempa dengan
kekuatan sama
- Homoseista :
adalah garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang terkena gempa Primer
pada saat yang sama
- Berdasarkan
penyebabnya gempa dibedakan menjadi 3
1. Gempa tektonik : disebabkan
oleh tenaga tektonisme (pergeseran kerak/kulit bumi. Gempa ini paling berbahaya
karena meliputi kawasan yang luas
2. Gempa Vulkanik: gempa yang
disebabkan aktivitas magma
3. Gempa runtuhan/ terban:
disebabkan karena tanah runtuh / longsor.
b.
Tenaga Eksogen
A.
PENGIKISAN (EROSI)
Batuan yang terkena sinar matahari secara terus-menerus setiap siang hari, menjadi panas, dan di malam hari menjadi dingin, dan kadang-kadang terkena hujan. Lambat laun batuan dapat menjadi lapuk. Batuan yang lapuk kemudian akan terkikis. Batuan terkikis tersebut dipindahkan ke tempat lain dengan tenaga air, tenaga angin, dan gletser. Erosi terjadi karena beberapa sebab berikut.
1) Tenaga air
Batuan dapat hancur oleh tetesan air secara terus menerus. Air juga dapat mengangkut hancuran
batuan melalui alirannya. Beberapa bentuk aliran yang timbul akibat erosi air, yaitu sebagai berikut.
a) Erosi percikan (splash erusion).
b) Kumpulan aliran dari erosi percikan,yaitu erosi parit (gully erosion).
c) Lebih besar dari gully erosion dan merupakan kumpulannya, yaitu erosi lembah (valley erosion).
d) Aliran paling besar akibat erosi, yaitu erosi ngarai (canyon erosion).
Batuan yang terkena sinar matahari secara terus-menerus setiap siang hari, menjadi panas, dan di malam hari menjadi dingin, dan kadang-kadang terkena hujan. Lambat laun batuan dapat menjadi lapuk. Batuan yang lapuk kemudian akan terkikis. Batuan terkikis tersebut dipindahkan ke tempat lain dengan tenaga air, tenaga angin, dan gletser. Erosi terjadi karena beberapa sebab berikut.
1) Tenaga air
Batuan dapat hancur oleh tetesan air secara terus menerus. Air juga dapat mengangkut hancuran
batuan melalui alirannya. Beberapa bentuk aliran yang timbul akibat erosi air, yaitu sebagai berikut.
a) Erosi percikan (splash erusion).
b) Kumpulan aliran dari erosi percikan,yaitu erosi parit (gully erosion).
c) Lebih besar dari gully erosion dan merupakan kumpulannya, yaitu erosi lembah (valley erosion).
d) Aliran paling besar akibat erosi, yaitu erosi ngarai (canyon erosion).
2) Tenaga angin
Apa yang dimaksud dengan deflasi dalam ilmu geografi ?
Hembusan angin dapat menyebabkan erosi pada batuan. Proses pengikisan batuan oleh
angin dinamakan deflasi. Bentuk erosi dari angin berupa lubang-lubang hasil tiupan angin (blow holes). Bentuk sisa dari erosi angin di antaranya berupa batu jamur (pedestal rocks) dan bentuk hasil endapannya berupa bukit-bukit pasir (sand dunes) dan endapan lebih halus dari pasir (loess).
3) Tenaga gelombang
Erosi ini terjadi di pinggir-pinggir laut dan kekuatan gelombang air laut merupakan tenaga penggerak dari erosi gelombang. Bentuk erosi gelombang berupa gua-gua laut dan celah-celah, serta lengkung laut. Bentuk sisa erosi gelombang berupa dasar pantai yang datar (platform) dan tanjung dengan ujung yang curam. Hasil endapan dari erosi ini berupa gosong pasir (bars) dan dasar laut yang dangkal dengan endapan sementara di dalamnya (beach).
4) Tenaga gletser
Es yang meluncur di lereng pegunungan dapat mengakibatkan terjadinya erosi. Es meluncur menuruni pegunungan karena es mengalami pencairan. Peluncuran es diikuti oleh tanah dan batuan di lereng pegunungan. Erosi yang disebabkan oleh luncuran es itulah yang dinamakan erosi gletser. Bentuk erosi gletser berupa ledok berundak (cirques) dan palung glasial. Bentuk sisa dari erosi ini adalah puncak bukit yang mirip tanduk (matterhorn peaks) dan jerengjereng yang kasar dan tajam (aretes). Sedangkan hasil endapan erosi gletser berupa morena, drumlin, dan esker.
5) Tenaga makhluk hidup (organisme)
Organisme sebagai tenaga penggerak erosi. yaitu binatang atau manusia. Erosi oleh organisme ini
berupa liang-liang galian binatang (burrows), atau lubang galian pertambangan oleh manusia. Hasil endapan dari erosi organisme di antaranya berupa karang koral (coral reef) dan sarang binatang (ant hill).
Organisme sebagai tenaga penggerak erosi. yaitu binatang atau manusia. Erosi oleh organisme ini
berupa liang-liang galian binatang (burrows), atau lubang galian pertambangan oleh manusia. Hasil endapan dari erosi organisme di antaranya berupa karang koral (coral reef) dan sarang binatang (ant hill).
B. PELAPUKAN
Pelapukan merupakan salah satu tenaga eksogen yang menghasilkan bentuk muka bumi. Pelapukan merupakan peristiwa hancurnya bentuk gumpalan menjadi butiran yang kecil bahkan dapat larut dalam air.
Macam-macam pelapukan sebagai berikut.
1) Pelapukan fisik
Pelapukan fisik terjadi oleh adanya tenaga panas, air mengalir, gletser, angin, dan air hujan. Pelapukan fisik terjadi secara alami tanpa ada campur tangan manusia. Proses pelapukan ini sangat dipengaruhi kondisi alam suatu wilayah.
2) Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi terjadi karena proses kimiawi sehingga batuan menjadi lapuk.
3) Pelapukan organis atau biologis
Pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup dinamakan pelapukan biologis atau pelapukan
organis. Akar tumbuhan dapat menembus batuan hingga batuan menjadi retak dan lapuk. Semut, cacing, maupun tikus mampu merusak batuan hingga batuan menjadi lapuk. Manusia juga merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya pelapukan.
C. PENGANGKUTAN MATERIAL (MASS WASTING)
Pengangkutan material (mass wasting) terjadi karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga terjadi pengangkutan atau perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain. Proses mass wasting berlangsung dalam empat jenis pergerakan material.
Runtuhan
batu yang jatuh dari atas tebing adalah salah satu Mass Wasting.
Sumber : physicalgeography.net
|
1) Jenis pergerakan pelan (lambat)
Rayapan merupakan bentuk dari jenis pergerakan lambat pada proses mass wasting. Rayapan adalah gerakan tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan, dan biasanya sulit untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang cermat. Rayapan terbagi menjadi beberapa jenis.
·
Rayapan tanah, yaitu gerakan
tanah menuruni lereng.
·
Rayapan talus, yaitu gerakan
puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni lereng.
·
Rayapan batuan, yaitu gerakan
blok-blok secara individual yang menuruni lereng.
·
Rayapan batuan gletser (rock glatsyer
creep), yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni lereng.
·
Solifluksi (solifluction),
yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air menuruni lereng di d alam saluran tertentu.
2) Jenis pergerakan cepat
Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai berikut.
·
Aliran tanah, yaitu gerakan
berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air menuruni teras atau lereng
perbukitan yang kemiringannya kecil.
·
Aliran lumpur, yaitu gerak
puing batuan yang banyak mengandung air menuruni saluran tertentu secara pelan
hingga sangat cepat.
·
Gugur puing, yaitu
puing-puing batuan yang meluncur di dalam saluran sempit menuruni lereng curam.
3) Longsor lahan (landslide)
Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang mudah diamati, dan biasanya berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut dapat dibagi sebagai berikut.
·
Luncur, yaitu gerakan
penggelinciran dari satu atau beberapa unit puing batuan, atau biasanya
disertai suatu putaran ke belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut
terjadi.
·
Longsor puing, yaitu peluncuran
puing batuan yang tidak terpadatkan, dan berlangsung cepat tanpa putaran ke
belakang.
·
Jatuh puing, yaitu puing
batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang vertikal atau
menggantung.
·
Longsor batu, yaitu massa
batuan yang secara individu meluncur atau jatuh menuruni permukaan lapisan atau
sesaran.
·
Jatuh batu, yaitu blok-blok
batuan yang jatuh secara bebas dari lereng curam.
4) Amblesan (subsidensi)
Amblesan, yaitu pergeseran tempat ke
arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak menimbulkan
pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi karena perpindahan material secara pelan-pelan di
daerah massa yang ambles.
pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi karena perpindahan material secara pelan-pelan di
daerah massa yang ambles.
2.
HIDOSFER
Hidrosfer berasal dari kata hidros =
air dan sphere
= daerah atau bulatan. Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti
bentuk bumi yang bulat. Daerah perairan ini meliputi samudera, laut, danau,
sungai, gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Diperkirakan
hampir tiga perempat atau 75 % muka bumi tertutup oleh air. Jadi dapat
dikatakan bumi kita ini adalah planet air.
Air di bumi
memiliki jumlah yang tetap dan senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran
peredaran yang disebut dengan siklus hidrologi, siklus air atau daur hidrologi.
Persentase luas permukaan laut dan luas
permukaan daratan
Di belahan
bumi utara dan selatan.
BELAHAN BUMI
|
LUAS LAUTAN (%)
|
LUAS DARATAN (%)
|
Utara
Selatan
|
61
81
|
39
19
|
Untuk keperluan
pemahaman praktis dalam mempelajari tentang air diperlukan beberapa cabang
ilmu, antara lain sebagai berikut :
·
Hidrometeorologi, yaitu ilmu yang
mempelajari hubungan antara unsur2 meteorologi dan siklus hidrologi yang
ditekankan kepada hubungan timbal balik.
·
Potamologi, yaitu ilmu yang
mempelajari air yang mengalir di permukaan tanah, baik yang melalui saluran,
maupun yang tidak melalui saluran.
·
Geohidrologi, yaitu ilmu yang
mempelajari keberadaan, persebaran, dan gerak air di bawah permukaan tanah.
·
Limnologi, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk air yang berada di danau.
·
Oseanologi, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang keadaan air di lautan.
Siklus air dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :
1. Siklus Air Kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi
menjadi awan dan hujan, lalu jatuh ke laut
2. Siklus Air Sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi
dan dibawa angin, membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai
hujan, lalu masuk ke tanah, selokan, sungai, dan ke laut lagi.
3. Siklus Air Besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian
membentuk kristal2 es di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan
tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk gletser (lapisan es yang mencair),
masuk ke sungai, lalu kembali ke laut.
Terjadinya siklus
air tersebut disebabkan oleh adanya proses2 yang mengikuti gejala meteorologis
dan klimatologis, antara lain :
·
Evaporasi, yaitu penguapan
benda2 abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan
di bumi 80 % berasal dari penguapan air laut.
·
Transpirasi, yaitu proses
pelepasan uap air dari tumbuh2an melalui stomata atau mulut daun.
·
Evapotranspirasi, yaitu proses
gabungan antara evaporasi dan transpirasi.
·
Kondensasi, yaitu proses
perubahan wujud uap air menjadi air akibat pendinginan.
·
Adveksi, yaitu
transportasi air pada gerakan horizontal seperti transportasi panas dan uap air
dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.
·
Presipitasi, yaitu segala
bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan
es, dan hujan salju.
·
Run Off (Aliran Permukaan), yaitu
pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai dan anak sungai.
·
Infiltrasi, yaitu perembesan
atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah.
Di dalam siklus
hidrologi terjadi proses kondensasi dan sublemasi. Kondensasi adalah proses
berubahnya uap air menjadi butir2 air, sedangkan sublemasi adalah proses
berubahnya uap air menjadi butir2 es atau salju. Menurut perkiraan, air yang
ada dipermukaan bumi seluruhnya mencapai 1.360.000.000 km3. Sekitar
1.320.000.000 km3 berada di lautan/samudera dan sisanya terjadi
sirkulasi pada atmosfer ke daratan dan kembali ke laut atau samudera.
Air yang ada dipermukaan bumi dan di udara berada dalam bentuk cair, gas dan
padat (es atau salju). Perubahan air dalam tiga bentuk ini memang sangat
menakjubkan. Jika terjadi perubahan temperatur, air dapat berubah menjadi es
yang disebut membeku (freezing),
atau sebaliknya es akan berubah menjadi air yang disebut mencair (melting), dan air yang mencair
tersebut dapat pula berubah menjadi gas melalui proses penguapan (evaporation).
Dalam setahun tidak kurang dari 500.000 km3 air di muka bumi berubah
menjadi gas ke dalam atmosfer. Kurang lebih 430.000 km3 air laut
berubah menjadi uap air atau sekitar 1.000 km3 setiap hari, dan
sisanya 70.000 km3 menguap dari daratan (termasuk penguapan dari
tanaman yang disebut dengan Transpiration).
Uap air yang
terdapat dalam udara dapat berubah menjadi butir2 air atau es (kondensasi). Jika temperatur udara
terus menurun, butiran air berubah menjadi kristal2 es, lama kelamaan semakin
besar, dan udara tidak lagi mampu menahan beratnya sehingga jatuh ke bumi
sebagai hujan (precipitation).
Butiran2 air atau kristal2 es yang masih bertahan melayang-layang di udara
karena amat kecil disebut awan.
Sebaliknya, setiap tahunnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi sekitar
500.000 km3, yaitu 390.000 km3 langsung jatuh di
laut/samudera, dan 110.000 km3 jatuh di daratan. Persebaran air yang
berada di muka bumi secara persentase adalah sebagai berikut : air laut 97,5 %,
air sungai, air danau, air tanah, dan salju 2,449 %, serta berupa uap air 0,001
%.
AIR PERMUKAAN.
Air permukaan adalah bagian dari air
hujan yang tidak mengalami infiltrasi (peresapan), atau air hujan yang
mengalami peresapan dan muncul kembali ke permukaan bumi sebagai mata air. Mata
air yang muncul di permukaan bumi akan mengalir sebagai air permukaan.
Macam-macam air permukaan :
A. Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir
dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain
yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis
limpasan, yaitu : limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak2 sungai,
dan limpasan dari air tanah.
Pada umumnya, sungai bermuara sampai ke laut atau danau2. Tetapi, adapula
sungai2 yang muaranya tidak dapat mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun
yang amat kering. Di Australia, sungai jenis ini disebut creek dan di Arab disebut Wadi. Pada saat hujan, palung2 sungai
ini berisi air tetapi bilamana hujan tidak ada, sungai ini hanya berupa palung2
yang kerin. Air hujan yang mengalir tidak dapat mencapai laut karena banyak
meresap ke dalam tanah yang kering dan ada pula yang habis menguap kembali ke
atmosfer.
Besarnya volume
air yang mengalir pada suatu sugai dalam satuan waktu pada titik tertentu di
sungai itu, disebut debit air. Debit air sungai terkecil terdapat di bagian
hulu, sedangkan yang terbesar terdapat di bagian muara. Sungai yang besar
berarti debit airnya besar, sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit airnya
kecil.
Besar kecilnya volume air yang mengalir (debit air sungai) dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
Iklim, usur iklim sangat
berpengaruh terhadap debit air sungai. Banyaknya curah hujan (Presipitasi) dan
besarnya penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume air yang ada dalam
sungai.
Pada saat musim
penghujan presipitasi lebih besar dibandingkan besarnya evaporasi yang
mengakibatkan debit air menjadi besar bahkan terjadi luapan air atau banjir.
Tetapi sebaliknya, pada musim kemarau jumlah presipitasi menurun tetapi tingkat
penguapan meningkat sehingga debit air semakin kecil.
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), luas
dan ketinggian daerah aliran sungai berpengaruh besar terhadap debit air
sungai. Daerah aliran sungai adalah bagian permukaan bumi yang berfungsi untuk
menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui
sungai. Contoh : hujan yang jatuh pada bagian permukaan bumi mengalirkan airnya
ke sungai, misalnya sungai Kapuas. Bagian permukaan bumi yang menerima air
hujan dan mengalirkan airnya ke sungai Kapuas disebut DAS Kapuas. Das biasanya
dibatasi oleh punggung/igir perbukitan atau pegunungan. DAS yang luas berarti
memiliki daerah tangkapan hujan yang luas pula, sehingga debit air sungai yang
mengalir pada DAS itu akan lebih besar.
Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
·
Sungai Consequent Lateral, yakni
sungai yang arah alirannya menuruni lereng2 asli yang ada di permukaan bumi
seperti dome, blockmountain,
atau dataran yang baru terangkat.
·
Sungai Consequent Longitudinal, yakni
sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal (bagian puncak gelombang
pegungungan).
·
Sungai Subsequent, yakni sungai yang
terjadi jika pada sebuah sungai consequent
lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak
lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi se samping dan
memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikuti arah strike (arah patahan).
·
Sungai Superimposed, yakni sungai
yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di
bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan2
penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu
menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.
·
Sungai Antecedent, yakni sungai yang
arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi pangangkatan yang terjadi. Sungai
ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan tersebut berjalan dengan lambat.
·
Sungai Resequent, yakni
sungai yang mengalir menuruni dip
slope (kemiringan patahan) dari formasi2 daerah tersebut dan searah
dengan sungai consequent lateral. Sungai resequent ini terjadi lebih akhir
sehingga lebih muda dan sering merupakan anak sungai subsequent.
·
Sungai Obsequent, yakni sungai yang
mengalir menuruni permukaan patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi2
patahan.
·
Sungai Insequent, yakni sungai yang
terjadi tanpa ditentukan oleh sebab2 yang nyata. Sungai ini tidak mengalir
mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini mengalir dengan arah tidak
tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
·
Sungai Reverse, yani sugai yang
tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga
mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
·
Sungai Composit, yakni sungai yang
mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang
besar merupakan sungai composit.
·
Sungai Anaclinal, yakni sungai yang
mengalir pada permukaan, yang secara lambat terangkat dan arah pengangkatan
tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
·
Sungai Compound, yakni sungai
yang membawa air dari daerah yang berlawanan geomorfologinya.
Ada berbagai pola aliran sungai, sebagai
berikut :
·
Pararel, adalah pola
aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali, sehingga
gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat
yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat
terbentuk pada suatu coastal plain
(dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya miring sekali kea rah
laut.
·
Rectangular, adalah pola
aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur patahan, baik yang
berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint
(retakan). Pola ini merupakan pola aliran siku2.
·
Angulate, adalah pola
aliran yang tidak membentuk sudut siku2 tetapi lebih kecil atau lebih besar
dari 90o. di sini masih kelihatan bahwa sungai2 masih mengikuti
garis2 patahan.
·
Radial Centrifugal, adalah pola
aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru mencapai stadium muda dan
pola alirannya menuruni lereng2 pegunungan.
·
Radial Centripetal, adalah pola
aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera dari gunung berapi atau
depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi tersebut.
·
Trellis, adalah pola
aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir sepanjang lembah
dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
·
Annular, adalah variasi
dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai
stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent, subsequent, resequent dan
obsequent.
·
Dentritic, adalah pola
aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada daerah yang
batu2annya homogen, dan lereng2nya tidak begitu terjal, sehingga sungai2nya
tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.
Macam-macam sungai berdasarkan
keajegan aliran airnya, yaitu sebagai berikut :
·
Sungai Episodik, yaitu sungai yang
airnya tetap mengalir baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan.
Jenis sungai ini banyak terdapat di Irian Jaya, Sumatera, dan Kalimantan.
·
Sungai Periodik, yaitu sungai yang
hanya berair pada musim penghujan saja, sedang pada musim kemarau kering tak
berair. Jenis sungai ini banyak terdapat di Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan
Sulawesi, pada umumnya sungai periodik ini mempunyai mata air dari daerah2 yang
hutannya sudah gundul.
Macam-macam sungai berdasarkan sumber airnya yaitu sebagai berikut
:
·
Sungai Tadah Hujan, yaitu sungai
yang volume airnya tergantung pada air hujan, seperti sungai2 di Pulau Jawa.
·
Sungai Campuran atau Sungai Kombinasi, yaitu sungai yang
sumber airnya berasal dari air hujan dan gletser (salju yang mencair, kemudian
mengalir) oleh karena itu jika sungai mata airnya dari gletser disebut sungai
gletser. Contohnya sungai Mamberema di Irian Jaya.
Bagian-bagian pada daerah aliran sungai, yaitu :
1)
Bagian Hulu Sungai.
Yaitu bagian
sungai yang dekat dengan mata air, merupakan sungai dalam stadium muda, dengan
ciri2 :
·
Pengikisan kearah dalam atau vertikal.
·
Aliran airnya deras
·
Tebingnya curam
·
Tidak terjadi proses pengendapan/sedimentasi
·
Belum terdapat teras2 sungai.
2)
Bagian Tengah Sungai.
Yaitu bagian
antara hulu sungai dengan hilir sungai dan disebut stadium dewas, dengan ciri2
:
·
Pengikisan ke arah dalam dan samping
·
Alirannya kurang begitu jelas
·
Banyak terjadi pengendapan
·
Terdapat teras2 sungai.
·
Terbentuknya pola aliran yang berkelok-kelok atau disebut meander.
3)
Bagian Hilir Sungai.
Yaitu bagian
sungai yang dekat ke laut, dan disebut stadium tua dengan ciri2 :
·
Pengikisan tidak terjadi
·
Aliran air tenang
·
Banyak terjadi pengendapan
·
Teras2 sudah tidak jelas
·
Sungai banyak berkelok-kelok
·
Terdapat beting2 pasir di tengah sungai yang disebut dengan delta.
B. Danau.
Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertent, yang biasanya berbentuk
mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai2, serta mata air, dan air
tanah. Keempat sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai
air pada danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen,
artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya, jika sumber air pengisi danau
itu hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka danau itu
umumnya bersifat temporer atau periodic. Artinya danau tersebut pada waktu2
tertentu kering.
Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai
berikut :
1)
Danau Air Asin.
Pada umumnya
danau air asin terdapat di daerah semiarid
dan arid, di mana
penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Kalau
danau semacam ini menjadi kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar danau
tersebut. Danau2 yang bersifat temporer banyak terdapat di daerah arid yang
mempunyai kadar garam tinggi. Contoh danau kadar garam yang tinggi adalah Great
Salt Lake, kadar garamnya sebesar 18,6 %, dan Danau Merah (dekat laut asam),
kadar garamnya 32 %.
2)
Danau Air Tawar.
Danau air tawar
terutama terdapat di daerah2 humid
(basah) dimana curah hujan tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan air dari
curah hujan dan selalu mengalirkan airnya kembali ke laut. Jadi danau ini
merupakan danau terbuka.
Menurut terjadinya, danau dapat dibagi
menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1.
Danau Vulkanik/Kawah/Maar, yaitu
danau yang terjadi karena peletusan gunung berapi yang menimbulkan kawah luas
di puncaknya. Kawah tersebut kemudian terisi oleh air hujan dan terbentuklah
danau. Contoh : Danau Kawah Gunung Kelud dan Gunung Batur.
2.
Danau Lembah Gletser, setelah
zaman es berakhir, daerah2 yang dulunya dilalui gletser menjadi kering dan
diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak berhubungan dengan laut,
maka lembah itu akan menjadi danau. Contohnya: danau Michigan, danau Huron,
Superior, Erie, dan danau Ontario.
3.
Danau Tektonik, adalah danau
yang terjadi karena peristiwa tektonik; yang mengakibatkan terperosoknya
sebagian kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan yang cukup besar. Contoh danau
tektonik adalah : danau toba, singkarak, kerinci dll.
4.
Danau Dolina/Karst, adalah danau
yang terjadi karena pelarutan batuan kapur, sehingga membentuk cekungan2 yang
yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau ini banyak ditemukan di daerah
pegunungan kapur.
5.
Danau Hempangan/Bendungan, adalah
danau yang terjadi karena aliran sebuah sungai terbendung oleh lava, sehingga
airnya menggenang dan terbentuklah danau. Contohnya danau laut tawar di Aceh dan
Tondano.
6.
Danau Buatan, adalah danau yang
dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk irigasi, perikanan, pembangkit
tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak di Marelan, Proyek Asahan
dll.
C. Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang
merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi.
Rawa dilihat dari genangan airnya,
dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1)
Rawa yang airnya selalu tergenang
Tanah2 di daerah
rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian kerena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang
airnya selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya
sangat asam. Derajat keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang
dengan warna air kemerah-merahan.
2)
Rawa yang airnya tidak selalu
tergenang.
Rawa jenis ini
mengandung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air laut
pasang dan airnya relatif mongering pada saat air laut surut. Akibat adanya
pergantian air tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut. Salah satu tanda
yang menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu asam
adalah banyaknya pohon2 rumbia.
MORFOLOGI PESISIR PANTAI
Laut menutupi
permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dangan daratan disebut
garis pantai (pertemuan permuakaan laut dengan daratan). Perairan laut di permukaan
bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup lautan sebesar 60%,
sedangkan pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan sekitar 80%.
Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak
pula yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut.
Relief dasar laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti
dari kedalaman laut rata2 mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata2
hanya 840 m. laut yang terdalam ada di Palung Mindanau (Palung Filipina),
mencapai kedalaman 10.830 m sedangkan daratan yang tertinggi adalah pada Gunung
Everest, yang mencapai ketinggian 8.880 m.
Untuk mengetahui kedalaman laut, dilakukan pengukuran2 yang disebut “menduga
dalamnya laut”. Pengukuran kedalaman laut ini dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu :
1)
Batu Duga, cara ini disebut juga
tali unting, merupakan cara mengukur kedalaman laut yang paling sederhana.
Sebongkah besi diikat pada ujung tali dan sebuah tabung beserta alat pemberat
diturunkan ke dasar laut. Sistem ini memerlukan waktu yang lama karena untuk
mengukur kedalaman laut sampai 5000 m saja memerlukan waktu sampai satu jam.
Selain itu, kedalaman laut yang sebenarnya kadang2 kurang tepat disebabkan tali
yang diturunkan sering condong/atau lengkung karena terbawa oleh arus laut.
2)
Gema Duga, cara ini merupakan
teknologi yang lebih maju dan mulai digunakan sejak tahun 1920. Cara ini
menggunakan alat pengirim dan penerima gelombang suara. Suara dari alat
pengirim akan merambat ke dasar laut dan sesampainya di dasar laut dipantulkan
kembali ke atas. Pantulan kembali gema suara akan diterima oleh alat penerima
di atas kapal. Alat gema duga sering dinamakan hidrofon. Dengan mengetahui kecepatan suara yang diterima, maka
dapat diketahui kedalamannya. Dengan pengandaian kecepatan suara dalam air laut
1.500 m/det, dihasilkan rumus kedalaman laut sebagai berikut :
D = t x v
2
Keterangan :
D
= kedalaman laut
t
= jangka waktu antara suara yang dikirimkan sampai diterima kembali pantulan
gema suaranya.
v
= kecepatan suara dalam air.
Contoh
:
Waktu antara
dikirimnya suara dari kapal sampai diterima kembali gema suaranya oleh hidrofon
di atas kapal adalah 7 detik. Maka kedalaman laut tersebut adalah :
D = t x v = 1500 x 7 = 5.250 meter
2
2
Dengan waktu
hanya 7 detik, laut yang kedalamannya mencapai 5.250 m telah dapat diketahui.
Berdasarkan letaknya, laut dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
1)
Laut Tepi.
Laut tepi
merupakan laut yang berada di tepi benua dan dipisahkan oleh kepulauan dari
samudera. Contoh dari laut ini adalah Laut Cina Selatan yang terletak di tepi
Benua Asia.
2)
Laut Pedalaman.
Laut pedalaman
merupakan laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan atau terletak di
tengah2 suatu benua. Laut yang masuk jenis ini adalah laut hitam yang terletak
di tengah Benua Asia, juga Laut Adriatik.
3)
Laut Tengah.
Laut tengah
merupakan lautan yang memisahkan dua benua atau lebih. Misalnya laut tengah
(Mediterania) yang memisahkan Benua Eropa dan Afrika, juga laut Indonesia yang
memisahkan Benua Asia dengan Australia.
4)
Selat.
Selat merupakan
laut sempit yang terletak di antara dua pulau atau dua benua. Misalnya selat
Sunda yang terletak di antara pulau Sumatera dengan Pulau Jawa.
5)
Teluk.
Teluk merupakan
laut yang menjorok ke daratan. Contoh dari teluk adalah Teluk Siam yang
terdapat di Thailand.
Pembagian laut menurut zona atau jalur
kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa zona sebagai berikut :
1)
Zona Litoral atau Jalur Pasang, yaitu
bagian cekungan lautan yang terletak diantara pasang naik dan pasang surut.
2)
Zona Epineritik, yaitu bagian
cekungan lautan diantara garis2 surut dan tempat paling dalam yang masih dapat
dicapai oleh daya sinar matahari (pada umumnya sampai sedalam 50 m).
3)
Zona Neritik, yaitu bagian
cekungan lautan yang dalamnya antara 50 – 200 m.
4)
Zona Batial, yaitu bagian
cekungan lautan yang dalamnya antara 200 – 2000 m.
5)
Zona Abisal, yaitu bagian
cekungan lautan yang dalamnya lebih dari 2000 m.
Pembagian laut menurut terjadinya, laut dapat dibedakan menjadi 3
golongan, yaitu sebagai berikut :
·
Laut Transgresi atau Laut Meluas, yaitu
laut yang terjadi karena perubahan permukaan air laut positif, baik yang
disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut itu sendiri atau oleh turunnya
daratan perlahan-lahan, sehingga sebagian dari daratan digenangi air. Laut
jenis ini pada umumnya terjadi pada akhir zaman glacial. Contoh : Laut Utara
dan Laut Jawa.
·
Laut Ingresi atau Laut Tanah Turun, laut
ini terjadi karena turunnya tanah sebagai akibat tekanan vertikal (gaya
endogen) yang menimbulkan patahan. Contoh : laut Karibia, Laut Jepang, dan Laut
Tengah.
·
Laut Regresi atau Laut Menyempit, laut
ini terjadi karena laut mengalami proses penyempitan akibat adanya endapan2 di
laut yang dibawa sungai sehingga laut tersebut mengalami pendangkalan.
Contohnya : Selat Malaka.
Arus laut
adalah aliran air laut yang mempunyai arah dan peredaran yang tetap dan
teratur. Gerak aliran arus laut dapat disamakan dengan aliran air sungai,
tetapi aliran arus laut lebih lebar. Arus laut dapat dibedakan menurut letak,
suhu, dan cara terjadinya.
1. Menurut
letaknya
·
Arus bawah ialah arus laut yang bergerak di bawah permukaan laut, misalnya arus
bawah di Selat Gibraltar.
·
Arus atas ialah arus laut yang bergerak di permukaan laut, misalnya arus
Kalifornia.
2. Menurut
suhunya.
Arus panas ialah
bila suhu arus air laut lebih panas daripada suhu air laut di sekitarnya,
misalnya arus teluk.
Arus dingin ialah
bila suhu arus laut lebih dingin dari laut di sekitarnya, misalnya arus
Labrador.
3. Menurut
terjadinya.
1)
Arus karena perbedaan kadar garam atau berat jenis air laut.
2)
Arus karena dingin
3)
Arus karena perbedaan niveau (beda tinggi muka air)
4)
Arus karena pengaruh daratan/benua.
5)
Arus karena pasang naik dan surut.
Kecerahan atau
warna air laut tergantung pada zat2 oraganik maupun anorganik yang ada di laut.
Warna air laut ada beberapa macam karena beberapa sebab berikut :
§ Pada
umumny lautan berwarna
biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek
(sinar biru) dipantulkan lebih banyak daripada sinar lain.
§ Warna kuning,
karena dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai Kuning di Cina (sungai
Huang Ho).
§ Warna hijau,
karena adanya plankton2 dalam jumlah besar.
§ Warna putih,
karena permukaannya selalu tertutup es, misalnya latu di Kutub Utara dan
Selatan.
§ Warna ungu,
karena adanya organism kecil yang mengeluarkan sinar2 fosfor, misalnya Laut
Ambon.
§ Warna hitam,
karena dasarnya terdapat lumpur hitam. Misalnya laut Hitam.
§ Warna merah,
karena banyaknya binatang2 kecil berwarna merah yang terapung-apung, misalnya
laut merah.
Salinitas atau
kadar garam air laut adalah banyaknya garam (dinyatakan dengan gram) yang
terdapat dalam satu liter air laut. Garam di laut berasal dari hasil2 pelapukan
di daratan. Hasil2 pelapukan ini mengandung bermacam-macam garam, yang oleh air
sungai di larutkan, dihanyutkan, serta dibawa ke laut. Hampir di setiap tempat
laut memiliki salinitas (kadar garam) antara 33% hingga 37%. Pada air laut
dalam, nilai salinitas antara 34,5% dan 35% rata2 salinitas air laut adalah
35%.
Menurut
Clarke, di dalam air laut
terdapat larutan garam seperti :
1)
Kalsium karbonat (CaCO3) : 0,34%
2)
Magnesium bromida (MgBr2) : 0,22%
3)
Kalium Sulfat (K2SO4) : 2,64%
4)
Kalsium sulfat (CaSO4) : 3,60%
5)
Magnesium sulfat (MgSO4) : 4,74%
6)
Magnesium Klorida (MgCL2) : 10,88%
7)
Natrium Klorida (NaCl) : 77,78%
Perubahan kadar
garam di laut tidak besar. Hal ini disebabkan oleh kecilnya proses penguapan
bila dibandingkan dengan isi air laut tersebut. Besar kecilnya kadar garam di
laut ditentukan oleh faktor2 berikut :
1)
Banyak sedikitnya air yang berasal dari gletser
2)
Besar kecilnya curah hujan di tempat tersebut
3)
Besar kecilnya penguapan di tempat tersebut
4)
Besar kecilnya atau banyak sedikitnya sungai yang bermuara di tempat tersebut.
Mineral laut berasal dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai2.
Mineral itu antara lain adalah :
§ Garam, tempat2 pembuatan garam
dijumpai di Pulau Madura dan Rembang.
§ Kapur, berasal dari kerang,
globigerine (foraminifera), dan
sebagainya.
§ Kalium karbonat, berasal dari
sebangsa lumut (potash)
§ Fosfat, berasal dari tulang2 ikan dan
kotoran burung pemakan ikan, dan biasanya untuk pupuk.
Kekayaan fauna dan flora laut sama halnya dengan daratan. Pada umumnya
organisme laut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1)
Bentos, ialah binatang2 laut
yang hidupnya di dasar laut. Bentos ini dapat pula dibagi menjadi dua golongan
yaitu : (1) bentos sesial, yang
hidupnya terikat pada suatu tempat, misalnya tiram, koral, jenis2 brochipoda
dan sebagainya, dan (2)bentos vagil, yang
bergerak di dasar laut, misalnya landak laut, siput laut, dan sebagainya.
2)
Pelagos, ialah organisme yang
hidupnya tak tergantung pada dasar laut dan umumnya menjadi penghuni lapisan
air bagian atas. Pelagos dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu (1) nekton, ialah golongan organisme yang
mempunyai alat badan sendiri untuk bergerak sehingga dapat tinggal di daerah
tertentu yang menyediakan banyak makanan atau tempat2 yang keadaannya baik bagi
mereka. Contoh : semua jenis ikan, ubur2 dan sebagainya (2) plankton, ialah golongan organisme
yang tidak mempunyai alat2 badan sendiri untuk bergerak. Gerakan mereka
bergantung pada arus yang disebabkan oleh angin atau perbedaan suhu. Contoh :
jenis2 binatang bersel satu seperti radiolarian, foraminifera, dan tumbuh2an
yang bersel satu misalnya algae, diatomea, demikian juga binatang2 bersel
banyak yang kecil seperti sebangsa udang kecil.
Sama halnya
dengan di daratan, di lautan pun sedimentasi terjadi terutama berasal dari
sisa2 organisme yang mati maupun bahan2 anorganis. Beberapa jenis endapan
lumpur berturut-turut dari pantai ke laut dalam, yaitu :
1.
Endapan Lumpur Terigen, endapan
yang terdiri dari materi2 halus, terutama materi2 dari daratan yang dibawa oleh
sungai2.
2.
Endapan Lumpur Globigerina,
yaitu endapan yang terdiri atas sisa2 binatang dan tumbuhan2 yang telah mati,
terutama terdiri dari kapur berasam arang dan asam kersik. Lumpur globigerina
di atas terutama terdapat di dasar laut yang dalamnya antara 2000 m sampai 4000
m.
3.
Endapan Lumpur Radiolaria atau Lumpur Laut Merah, yaitu endapan yang
sebagian berasal dari hasil2 letusan gunung berapi di dalam laut dan sebagian
berasal dari sisa2 binatang yang amat kecil yang berangka zat kersik. Endapan
ini terdapat pada laut yang dalam (4.000 – 7.000 m) dan tidak terdapat kapur
atau persenyawaan2 kapur
3.
PEDOSFER
pedosfer
Pedosfer, adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan
sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah
(soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan
batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas
dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu
yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut
pedogenesa.
Lahan adalah permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair, dan gas. Sama halnya dengan tanah, penggunaan lahan antara orang yang satu dengan yang lain berlainan kepentingannya.
Faktor-faktor pembentuk tanah :
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktorfaktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
o = organisme
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah suhu dan curah hujan. Dalam hal ini, suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme
Peranan organisme dalam proses pemebentukan tanah sangat besar, akumulasi bahan organisme, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Disamping itu unsur nitrogen dalam tanah dapat diikat oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri didalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topogarafi
Faktor topografi yang mempengaruhi proses pembentukan tanah di Indonesia yaitu bentuk lahan dan kemiringan lereng. Faktor topografi berpengaruh terhadap proses pemebentukan tanah dengan cara sebagai berikut :
• Mempengaruhi jumlah air hujan yang jatuh
• Mempengaruhi dalamnya air tanah
• Mempengaruhi tinggi rendahnya erosi
• Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya.
Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan topografi antara lain;
• Tebal solum
• Kandungan bahan organik dalam horizon A
• Kandungan air tanah
• Warna tanah
• Tingkat perkembangan horizon
• Reaksi PH tanah
• Kandungan garam yang mudah larut dalam tanah.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah dewasa ditandai dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua
149 ditandai dengan proses perubahan yang nyata pada horizon A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbedabeda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.
Komponen-komponen pembentukan tanah
1. Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu susunan mineral didalam tanah berbeda-beda sesuai dengan mineral batu-batuan yang lapuk. Mineral tanah dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal dari batuan yang lapuk, sedangkan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan berlangsung. Mineral primer pada umumnya erdapat dalam fraksi-fraksi pasir dan debu, sedangkan mineral sekunder umumnya terdapat dalam fraksi liat.
Beberapa jenis mineral primer dan unsur hara
Mineral Unsur Hara
Kuarsa Si, O
Kalsit Ca
Dolomit Ca, Mg
Felspor :
a. Ortoklas K
b. Plagikas Na, Ca
Mika :
c. Muskovit K
d. Biovit K, Mg, Fe
Amfibole (hornblende) Ca, Mg, Fe, Na
Pyroksin(hiperstin,augit) Ca, Mg, Fe
Olivin Mg, Fe
Leusit K
Apatit P
2. Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan oraganik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuha tanaman adalah sebagai berikut :
a. Sebagai granulator, yaitu mempernaiki struktur tanah.
b. Sumber unsur hara N, P, S dan unsur mikro.
c. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
d. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi).
e. Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan oraganik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme didalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) , berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan oraganik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus.
Didaerah rawa-rawa, seperti daerah rawa-rawa pasang surut, sering dijumpai tanah –tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40cm, maka tanah tersebut disebut tanah organik (tanah gambut).
3. Air
Guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
• Sebagai unsur ahra tanaman, tanaman memrlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
• Sebagai pelarut unsur hara, unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman.
• Sebagai bagian dari sel-sel tanaman, air merupakan bagian dari protopasma.
Persediaan air didalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotransporasi (penguapan langsupenguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah.
Air dapat diserap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air didalam tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Air higroskopik, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman (adesi antara tanah dengan air).
• Air kapiler, yaitu air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan daya adesi (anatara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak kesamping atau keatas karena gaya-gaya kapilernya, sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap oleh tanaman).
4. Udara
Susunan udara dalam tanah adalah :
• Kandungan uap air lebih tinggi. Tanah-tanah yang lembab mempunyai udara dengan kelembaban nisbi mendekati 100%.
• Kandungan CO2 lebih besar daripada atmosfer (˂ 0,03%).
• Kandungan O2 lebih kecil daripada atmosfer (udara tanah 10-12% O2, atmosfer 20% O2). Hal tersebut mungkin disebabkan karena kegiatan dekomposisi bahan organik atau pernapasan oragnisme hidup dalam tanah dan akar-akar tanaman yang mengambil O2 dan melepaskan CO2.
Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah.
Perbedaan warna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap. Pada lapisan tanah bagian bawah kandungan bahan organik pada umumnya rendah sehingga warna tanah dipengaruhi oleh banyaknya senyawa Fe (besi).
Didaerah yang sistem pengairannya buruk atau daerah yang selalu tergenang air sebagian besar tanahnya berwarna abu-abu. Sebaliknya didaerah yang sistem pengairannya teratur maka dijumpai warna tanah merah atau cokelat kekuning-kuningan.
Warna dalam tanah dipengaruhi oleh persenyawaan besi dalam tanah, kandungan bahan organik, persenyawaan kuarsa, persenyawaan unsur mangan.
Lahan adalah permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair, dan gas. Sama halnya dengan tanah, penggunaan lahan antara orang yang satu dengan yang lain berlainan kepentingannya.
Faktor-faktor pembentuk tanah :
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktorfaktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
o = organisme
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah suhu dan curah hujan. Dalam hal ini, suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme
Peranan organisme dalam proses pemebentukan tanah sangat besar, akumulasi bahan organisme, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Disamping itu unsur nitrogen dalam tanah dapat diikat oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri didalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topogarafi
Faktor topografi yang mempengaruhi proses pembentukan tanah di Indonesia yaitu bentuk lahan dan kemiringan lereng. Faktor topografi berpengaruh terhadap proses pemebentukan tanah dengan cara sebagai berikut :
• Mempengaruhi jumlah air hujan yang jatuh
• Mempengaruhi dalamnya air tanah
• Mempengaruhi tinggi rendahnya erosi
• Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya.
Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan topografi antara lain;
• Tebal solum
• Kandungan bahan organik dalam horizon A
• Kandungan air tanah
• Warna tanah
• Tingkat perkembangan horizon
• Reaksi PH tanah
• Kandungan garam yang mudah larut dalam tanah.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah dewasa ditandai dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua
149 ditandai dengan proses perubahan yang nyata pada horizon A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbedabeda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.
Komponen-komponen pembentukan tanah
1. Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu susunan mineral didalam tanah berbeda-beda sesuai dengan mineral batu-batuan yang lapuk. Mineral tanah dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal dari batuan yang lapuk, sedangkan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan berlangsung. Mineral primer pada umumnya erdapat dalam fraksi-fraksi pasir dan debu, sedangkan mineral sekunder umumnya terdapat dalam fraksi liat.
Beberapa jenis mineral primer dan unsur hara
Mineral Unsur Hara
Kuarsa Si, O
Kalsit Ca
Dolomit Ca, Mg
Felspor :
a. Ortoklas K
b. Plagikas Na, Ca
Mika :
c. Muskovit K
d. Biovit K, Mg, Fe
Amfibole (hornblende) Ca, Mg, Fe, Na
Pyroksin(hiperstin,augit) Ca, Mg, Fe
Olivin Mg, Fe
Leusit K
Apatit P
2. Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan oraganik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuha tanaman adalah sebagai berikut :
a. Sebagai granulator, yaitu mempernaiki struktur tanah.
b. Sumber unsur hara N, P, S dan unsur mikro.
c. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
d. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi).
e. Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan oraganik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme didalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) , berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan oraganik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus.
Didaerah rawa-rawa, seperti daerah rawa-rawa pasang surut, sering dijumpai tanah –tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40cm, maka tanah tersebut disebut tanah organik (tanah gambut).
3. Air
Guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
• Sebagai unsur ahra tanaman, tanaman memrlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
• Sebagai pelarut unsur hara, unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman.
• Sebagai bagian dari sel-sel tanaman, air merupakan bagian dari protopasma.
Persediaan air didalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotransporasi (penguapan langsupenguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah.
Air dapat diserap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air didalam tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Air higroskopik, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman (adesi antara tanah dengan air).
• Air kapiler, yaitu air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan daya adesi (anatara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak kesamping atau keatas karena gaya-gaya kapilernya, sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap oleh tanaman).
4. Udara
Susunan udara dalam tanah adalah :
• Kandungan uap air lebih tinggi. Tanah-tanah yang lembab mempunyai udara dengan kelembaban nisbi mendekati 100%.
• Kandungan CO2 lebih besar daripada atmosfer (˂ 0,03%).
• Kandungan O2 lebih kecil daripada atmosfer (udara tanah 10-12% O2, atmosfer 20% O2). Hal tersebut mungkin disebabkan karena kegiatan dekomposisi bahan organik atau pernapasan oragnisme hidup dalam tanah dan akar-akar tanaman yang mengambil O2 dan melepaskan CO2.
Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah.
Perbedaan warna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap. Pada lapisan tanah bagian bawah kandungan bahan organik pada umumnya rendah sehingga warna tanah dipengaruhi oleh banyaknya senyawa Fe (besi).
Didaerah yang sistem pengairannya buruk atau daerah yang selalu tergenang air sebagian besar tanahnya berwarna abu-abu. Sebaliknya didaerah yang sistem pengairannya teratur maka dijumpai warna tanah merah atau cokelat kekuning-kuningan.
Warna dalam tanah dipengaruhi oleh persenyawaan besi dalam tanah, kandungan bahan organik, persenyawaan kuarsa, persenyawaan unsur mangan.
Profil Tanah
profil tanah adalah penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan horizon.
Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas kebawah
adalah horizon O, A, B, dan C.sedangkan horizon yang menyusun solum tanah
adalah hanya horizon A dan B.
• Horizon O
Horizon O ditemukan terutama pada tanah-tanha hutan yang belum terganggu,
merupakan horizon organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral.
• Horizon A
Horizon ini ditemukan dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan
mineral. Merupakan horizon aluviasi yaitu horizon yang mengalami pencucian.
A1 : bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap.
A2 : horizon dimana terdapat pencucian (aluviasi) maksimum terhadap liat, Fe,
Al bahan organik.
A3 : horizon peralihan ke-B, lebih menyerupai A.
• Horizon B
Horizon aluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat,
Fe, Al, bahan organik).
B1 : peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B.
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al-Oksida, kadang-kadang bahan
organik.
B3 : peralihan ke-C, lebih menyerupai B.
• Horizon C
Bahan induk sedikit terlapuk.
• Horizon D atau R
Batuan keras yang belum lapuk.
PH Tanah
Ph tanah adalah derajat keasaman tanah. Tanah masam jumlah unsur H- lebih
tinggi. Tanah basa (alkali) kandungan ion OH+ lebih tinggi daripada ion H+.
Tanah netral kandungan ion H- sama dengan ion OH- atau tanah yang mempunyai Ph
= 7.
Pada PH tanah netral masam, unsur hara tidak dapat diserap. Pada PH tanah masam
unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Al (aluminium). Pada
PH tanah basa (alkali) unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh
Ca.
Untuk tanah yang terlalu masam dapat dinaikan PH nya dengan menambahkan kapur.
Sedangkan tanah yang terlalu basa (alkali) dapat diturunkan PH-nya dengan
menambahkan belerang.
Struktur dan Tekstur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya
butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang
berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
a. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
b. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
c. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
d. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim
basah.
e. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah
iklim basah.
f. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
g. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas
perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk
menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah. Ke-12
kelas tekstur tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasir. g. Lempung liat.
b. Pasir berlempung. h. Lempung liat berpasir.
c. Lempung berpasir. i. Lempung liat berdebu.
d. Lempung. j. Liat berpasir.
e. Lempung berdebu. k. Liat berdebu.
f. Debu. l. Liat.
Di lapangan, tekstur tanah secara sederhana dapat ditentukan dengan memilin
tanah yang dibasahi dengan menggunakan jari-jari tangan (kasar halusnya tanah).
Menurut Taksonomi Tanah (1970), tanah dibagi menjadi sepuluh macam yaitu;
1. Oxisol, berasal dari bahasa Prancis yang berarti oxide atau oksida. Tanah
ini telah mengalami pelapukan yang hebat, terdiri atas campuran besi dan
aluminium, sedikit bahan organik. Warnanya dari kuning ke merah coklat sampai
coklat kemerahan. Jenis tanah ini meliputi tanah lateritik, latosol, dan
laterit air tanah. (Menurut klasifikasi tanah tahun 1949).
2. Ultisol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan yang sangat hebat, yang
ditandai pula dengan pengaruh luar, pencucian (leached). Warnanya merah sampai
kuning. Lateritik coklat kemerahan, setengah bog (gambut), glei humus rendah.
3. Vertisol, yaitu golongan tanah yang khas terdapat pada region-region
bervegetasi sabana atau steppa, di daerah iklim tropika dan subtropika yang
memiliki musim kering dan basah yang berganti-ganti dengan nyata.
4. Entisol, yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi tanah ini
masih baru, belum menunjukkan perkembangan horizon. Adapun yang termasuk jenis
tanah ini adalah tanah alluvial, regosol gunung, regosol pantai, dan lithosol.
5. Inceptisol, yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan
penampangnya. Namun, sudah ada eluvasi dan iluvasi. Golongan ini terjadi dalam
hampir semua region iklim.
6. Spodosol, yaitu tanah yang tersebar dalam semua iklim, mempunyai solum yang
sangat asam, kemampuan menahan air rendah, dan kurang subur.
7. Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, pH kurang dari
7,0. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah chesnut, chernozem, brunizem
(prairies), rendzina, dan sebagainya.
8. Alfisol, yaitu tanah yang tersebar di daerah beriklim lembap, kaya dengan
alumunium, besi, air, dan bahan organik. Warnanya abu-abu, horizonnya
mengandung lapisan-lapisan tanah liat (clay). Adapun yang termasuk tanah ini
adalah grey-brown podzolic dan wooded, beberapa planosol dan noncalcic-brown.
9. Aridisol, yaitu tanah yang sepanjang tahun kering, kandungan organiknya
rendah, warnanya kemerah-merahan, terbentuk di daerah gurun atau semi-gurun.
Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah reddish dessert, sierozem, dan
raddish brown.
10.Histosol, mencakup semua tanah organik, seperti tanah organosol dan gambut
(bog).
Jenis-jenis Tanah di Indonesia
a. Tanah gambut atau tanah organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau
rumput rawa. Tanah gambut mempunyai ciri dan sifat, yaitu tidak terjadi
deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna coklat
hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak
lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung
dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH
4.0), kandungan unsur hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah
gambut dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5
– 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu
tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran
pantai Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua).
2) Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawarawa di
daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa,
ketebalan 0.5–6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih
tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis,
Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah).
3) Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari
sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh
penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu sebagai berikut:
1) Gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih
tinggi.
2) Gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya selalu
tergenang air.
3) Gambut mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan
induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi
dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan
daerah cekungan (depresi).
c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur
pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau
pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit mempunyai perkembangan profil, batuan induknya
merupakan batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (<
30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur
tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir dan tidak berstruktur, terdapat
kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng
miring sampai curam.
e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon,
kedalamannya dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di
daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 300–1000 cm. Batuan induk
berasal dari tuf, dan material vulkanik.
f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung
berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di
lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering
sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa,
dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini
berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat
basa. Penyebarannya di daerah iklim subhumid atau subarid, curah hujan kurang
dari 2500 mm/tahun.
g. Podsolik merah kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga
berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang
dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga kuning, kejenuhan
basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf
vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering,
curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.
h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri
atas horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga
pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi,
sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka
terhadap erosi, batuan induk berupa batuan pasir dengan kandungan kuarsanya
tinggi, batuan lempung, dan tuf vulkan masam. Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering, topografi
pegunungan. Contohnya, di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian
Jaya (Papua).
i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal,
warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur
geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
(smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban
tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari
batuan induk abu atau tuf vulkanik.
j. Mediteran merah – kuning
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat
hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung,
struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral
hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas
sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf
vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering
nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
topografi karst dan lereng vulkan, ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah
mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
k. Hidromorf kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu
topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air,
solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga
lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH
4.5-6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei
kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat
dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga
sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.
l. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun)
dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari
tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang
hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10-15 cm dari muka tanah dan
setebal 2-5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan mangan
dan besi, tebalnya bervariasi tergantung pada permeabilitas tanah. Lapisan
tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran, terutama bagi
tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah latosol,
mediteran dan regosol, samara-samara pada tanah aluvial dan grumosol.
4.
ATMOSFER
Atmosfer tersusun atas kata atmos yang
mempunyai arti uap dan sphaira yang mempunyai arti bola. Atmosfer merupakan
lapisan udara yang membulat yang berfungsi sperti membungkus bola bumi.
Atmosfer salah satu adalah bagian bumi. Karena terpengaruh gaya berat yang
menyebabkan atmosfer berotasi bersama dengan bumi setiap hari dan berevolusi
terhadap matahari. Tebal dari atmosfer bumi kurang lebih 1.000 km. lapisan
udara yang Semakin tinggi menyebabkan tekanannya semakin rendah.
Lapisan-lapisan
atmosfer
Atmosfer
mempunyai beberapa lapisan:
1.
Troposfer
Troposfer
adalah lapisan atmosfer yang paling bawah dan dekat permukaan bumi.
Karakteristik troposfer yaitu sebegai berikut:
a.
Semakin ke atas maka semakin berkurang suhunya.
b.
Dieprkirakan 80% dari keseluruhan massa gas ada di lapisan ini.
c.
Pada troposfer adalah tempat terjadinya kejadian cuaca, seperti: hujan, awan,
petir, angin.
d.
Pada Puncak troposfer ada lapisan peralihan yang bernama tropopause.
2.
Stratosfer
Lapisan
kedua yang terletak diatas troposfer ialah strastosfer yang punya ketinggian di
katulistiwa dari 16 km sampai 55 km. karakteristik stratosfer yaitu :
a.
Di lapisan stratosfer ini ada invers suhu, yaitu suhu udara semakin tinggi
sesuai naiknya ketinggian. Rerata suhu mencapai masimal kurang lebih 570C.
b.
Di level ketinggian lebih dari 30 km, ada lapisan ozon (O3) yaitu :
lapisan-lapisan yang memberi perlindungan pada troposfer dan permukaan seluruh
bumi dari bahaya radiasi sinar ultraviolet matahari yang berlebihan.
c.
Di puncak Terdapat lapisan antara yang bernama stratopause.
3.
Mesosfer
Lapisan
nomor tiga yang menyelubungi atmosfer ialah mesosfer yang punya ketinggian
antara 55 km sampai 80 km dari permukaan bumi. Karakteristik mesosfer yaitu :
a.
Tempat terjadinya pembakaran meteor-meteor sehingga bentuknya terurai yang
kemudian jatuh menuju ke permukaan bumi.
b.
pada ketinggian 55 km maka Suhu semakin berkurang.
c.
Pada puncak mesosfer Terdapat lapisan antara yang bernama mesopause, pada
lapisan tersebut terjadi refleksi atau pemantulan gelombang radio yang
berketinggian antara 50 sampai 90 km di atas permukaan bumi yang bernama
lapisan D.
4.
Thermosfer (Ionosfer)
Lapisan
ke-4 atmosfer bernama thermosfer (ionosfer) yang punya ketinggian mulai 80 km
sampai 800 km dari permukaan bumi. Karakteristik thermosfer (ionosfer) yaitu:
a.
Di thermosfer (ionosfer) ini mengalami invers suhu sangat tajam disebabkan
adanya penyerapan radiasi sinar X dan ultraviolet dari matahari.
b.
Terdapat lapisan F yang mempunyai ketinggian 150 sampai 300 km lebih mengalami
ionisasi disebabkan sinar ultraviolet yang berasal dari cahaya matahari banyak
mengandung ionitrigen.
c.
Pada lapisan yang mempunyai ketinggian 90 sampai 120 km akan mengalami ionisasi
pada lapisan E yang karena oleh sinar X yang berasal dari matahari, terdiri
dari nitrogen dan eksgen.
d.
Ionosfer sangat bermanfaat pada bidang telekomunikasi karena Ionosfer bisa
memantulkan gelombang-gelombang radio yang punya frekuensi lebih tinggi,
contohnya stasiun pemancar televisi ke bumi dan bisa diterima di seluruh dunia.
5.
Eksosfer atau Dissipasisfer
Eksosfer
atau Dissipasisfer mempunyai ketinggian 800-1000 km dari permukaan bumi. Pada
Eksosfer atau Dissipasisfer mengalami gerakan-gerakan atom tidak beraturan.
Eksosfer atau Dissipasisfer adalah lapisan paling panas dan molekul udara bisa
meninggalkan atmosfer pada ketinggian 3.150 km dari permukaan bumi. Eksosfer
atau Dissipasisfer biasanya bernama lapisan geostasioner atau antar planet.
5.
BIOSFER
Biosfer berasal dari
bahasa Yunani. Secara etimologi biosfer merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
bio yang berarti hidup dan sphere yang berarti lapisan. Jadi, biosfer adalah
lapisan tempat hidup (habitat) makhluk hidup. Biosfer adalah zona dekat permukaan bumi, yang cocok bagi
kehidupan dalam satu bentuk ke bentuk lainnya. Biosfer meliputi lapisan
litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Ketiga lapisan tersebut saling berinteraksi
dan membentuk lapisan biosfer tempat ditemukannya kehidupan di bumi.
Tempat atau bagian dari permukaan bumi yang dapat mendukung
kelangsungan hidup organisme dinamakan biosfer.
Biosfer di permukaan bumi meliputi lapisan udara (atmosfer) sampai ketinggian
8–10 m dpl, lapisan air (hidrosfer) sampai kedalaman sekitar 200 meter, maupun
pada litosfer sampai kedalaman beberapa meter di bawah tanah tempat organisme
masih dapat ditemukan.
Secara umum biosfer dapat dikelompokkan menjadi dua biosiklus (lingkungan hidup), yaitu
biosiklus daratan dan perairan. Biosiklus daratan terdiri atas bagian-bagian
yang lebih kecil yang disebut bioma,
yaitu bentang lahan (landscape)
yang memiliki karakteristik khas yang berdasarkan keadaan iklimnya didominasi
oleh flora dan fauna tertentu.
Setiap zona dan subzona di permukaan bumi memiliki jenis flora dan
fauna yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungannya. Flora dan fauna yang
hidup pada suatu bioma disebut biota.
Bagian yang lebih kecil dari bioma yang merupakan tempat berlangsungnya
kehidupan organisme disebut habitat.
Bentuk penyesuaian diri suatu organisme terhadap lingkungannya disebut adaptasi. Dua spesies makhluk hidup
dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung (nisia) yang
berbeda. Nisia (Niche) adalah status fungsional suatu
organisme dalam suatu ekosistem.
Setiap jenis makhluk hidup mempunyai tempat masing-masing di
biosfer untuk tetap hidup sesuai dengan caranya. Tempat hidup itu disebut habitat, yaitu tempat hidup suatu
organisme. Tempat hidup dengan unsurunsurnya beserta makhluk hidup yang tinggal
di suatu kawasan secara keseluruhan akan membentuk sistem kehidupan yang
disebut ekosistem. Sistem
kehidupan di biosfer yang sebesar bumi secara umum dibagi menjadi ekosistem
daratan (terrestrial ecosystem), ekosistem laut (marine ecosystem), dan
ekosistem air tawar (fresh water ecosystem).
Makhluk hidup atau organisme memiliki tingkat organisasi yang
berkisar dari tingkat yang paling sederhana (protoplasma) ke tingkat organisasi
yang paling kompleks (biosfer). Tingkat organisasi dari bawah ke atas, semakin
kompleks.
Protoplasma
adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organic yang kompleks
seperti lemak, protein, dan sejenisnya. Sel adalah satuan dasar suatu organisme
dan terdiri atas protoplasma dan inti yang terkandung dalam membran. Jaringan
adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama, misalnya
jaringan otot.
Organ adalah bagian dari suatu
organisme yang mempunyai fungsi tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan
dan manusia, daun atau akar pada tumbuhan. Sistem organ adalah kerja sama
antara struktural dan fungsional yang harmonis, misalnya kerja sama antara mata
dan telinga, antara daun dan batang pada tumbuhan.
Organisme adalah suatu
benda hidup, atau makhluk hidup.
Populasi adalah
kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan berkembang biak pada suatu
daerah tertentu. Misalnya, populasi manusia di Jakarta, populasi banteng di
Baluran, atau populasi badak di Ujung Kulon.
Komunitas adalah semua
populasi dari berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu. Pada daerah
tersebut tiap populasi saling berinteraksi. Misalnya, populasi harimau
berinteraksi dengan populasi gajah di Sumatra Selatan, populasi ikan emas
berinteraksi dengan populasi ikan mujaer di kolam.
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara
utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara organisme dan
lingkungannya baik yang hidup maupun tak hidup (tanah, air, udara), yang secara
bersamasama membentuk suatu sistem ekologi. Misalnya, ekosistem hutan mangrove
di Segara Anakan atau ekosistem air tawar di danau Toba.
profil tanah adalah penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan horizon. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas kebawah adalah horizon O, A, B, dan C.sedangkan horizon yang menyusun solum tanah adalah hanya horizon A dan B.
• Horizon O
Horizon O ditemukan terutama pada tanah-tanha hutan yang belum terganggu, merupakan horizon organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral.
• Horizon A
Horizon ini ditemukan dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan mineral. Merupakan horizon aluviasi yaitu horizon yang mengalami pencucian.
A1 : bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap.
A2 : horizon dimana terdapat pencucian (aluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al bahan organik.
A3 : horizon peralihan ke-B, lebih menyerupai A.
• Horizon B
Horizon aluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
B1 : peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B.
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al-Oksida, kadang-kadang bahan organik.
B3 : peralihan ke-C, lebih menyerupai B.
• Horizon C
Bahan induk sedikit terlapuk.
• Horizon D atau R
Batuan keras yang belum lapuk.
PH Tanah
Ph tanah adalah derajat keasaman tanah. Tanah masam jumlah unsur H- lebih tinggi. Tanah basa (alkali) kandungan ion OH+ lebih tinggi daripada ion H+. Tanah netral kandungan ion H- sama dengan ion OH- atau tanah yang mempunyai Ph = 7.
Pada PH tanah netral masam, unsur hara tidak dapat diserap. Pada PH tanah masam unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Al (aluminium). Pada PH tanah basa (alkali) unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Ca.
Untuk tanah yang terlalu masam dapat dinaikan PH nya dengan menambahkan kapur. Sedangkan tanah yang terlalu basa (alkali) dapat diturunkan PH-nya dengan menambahkan belerang.
Struktur dan Tekstur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
a. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
b. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
c. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
d. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
e. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
f. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
g. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah. Ke-12 kelas tekstur tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasir. g. Lempung liat.
b. Pasir berlempung. h. Lempung liat berpasir.
c. Lempung berpasir. i. Lempung liat berdebu.
d. Lempung. j. Liat berpasir.
e. Lempung berdebu. k. Liat berdebu.
f. Debu. l. Liat.
Di lapangan, tekstur tanah secara sederhana dapat ditentukan dengan memilin tanah yang dibasahi dengan menggunakan jari-jari tangan (kasar halusnya tanah).
Menurut Taksonomi Tanah (1970), tanah dibagi menjadi sepuluh macam yaitu;
1. Oxisol, berasal dari bahasa Prancis yang berarti oxide atau oksida. Tanah ini telah mengalami pelapukan yang hebat, terdiri atas campuran besi dan aluminium, sedikit bahan organik. Warnanya dari kuning ke merah coklat sampai coklat kemerahan. Jenis tanah ini meliputi tanah lateritik, latosol, dan laterit air tanah. (Menurut klasifikasi tanah tahun 1949).
2. Ultisol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan yang sangat hebat, yang ditandai pula dengan pengaruh luar, pencucian (leached). Warnanya merah sampai kuning. Lateritik coklat kemerahan, setengah bog (gambut), glei humus rendah.
3. Vertisol, yaitu golongan tanah yang khas terdapat pada region-region bervegetasi sabana atau steppa, di daerah iklim tropika dan subtropika yang memiliki musim kering dan basah yang berganti-ganti dengan nyata.
4. Entisol, yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi tanah ini masih baru, belum menunjukkan perkembangan horizon. Adapun yang termasuk jenis tanah ini adalah tanah alluvial, regosol gunung, regosol pantai, dan lithosol.
5. Inceptisol, yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan penampangnya. Namun, sudah ada eluvasi dan iluvasi. Golongan ini terjadi dalam hampir semua region iklim.
6. Spodosol, yaitu tanah yang tersebar dalam semua iklim, mempunyai solum yang sangat asam, kemampuan menahan air rendah, dan kurang subur.
7. Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, pH kurang dari 7,0. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah chesnut, chernozem, brunizem (prairies), rendzina, dan sebagainya.
8. Alfisol, yaitu tanah yang tersebar di daerah beriklim lembap, kaya dengan alumunium, besi, air, dan bahan organik. Warnanya abu-abu, horizonnya mengandung lapisan-lapisan tanah liat (clay). Adapun yang termasuk tanah ini adalah grey-brown podzolic dan wooded, beberapa planosol dan noncalcic-brown.
9. Aridisol, yaitu tanah yang sepanjang tahun kering, kandungan organiknya rendah, warnanya kemerah-merahan, terbentuk di daerah gurun atau semi-gurun. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah reddish dessert, sierozem, dan raddish brown.
10.Histosol, mencakup semua tanah organik, seperti tanah organosol dan gambut (bog).
Jenis-jenis Tanah di Indonesia
a. Tanah gambut atau tanah organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput rawa. Tanah gambut mempunyai ciri dan sifat, yaitu tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua).
2) Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawarawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5–6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah).
3) Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1) Gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi.
2) Gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya selalu tergenang air.
3) Gambut mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi).
c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit mempunyai perkembangan profil, batuan induknya merupakan batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir dan tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalamannya dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 300–1000 cm. Batuan induk berasal dari tuf, dan material vulkanik.
f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim subhumid atau subarid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
g. Podsolik merah kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga kuning, kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.
h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri atas horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk berupa batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung, dan tuf vulkan masam. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering, topografi pegunungan. Contohnya, di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya (Papua).
i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
j. Mediteran merah – kuning
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi karst dan lereng vulkan, ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
k. Hidromorf kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5-6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.
l. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun) dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10-15 cm dari muka tanah dan setebal 2-5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan mangan dan besi, tebalnya bervariasi tergantung pada permeabilitas tanah. Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah latosol, mediteran dan regosol, samara-samara pada tanah aluvial dan grumosol.