Kamis, 30 Mei 2013

MEDIA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

MEDIA PEMBELAJARAN GEOGRAFI
DOSEN
PARIDA ANGGRIANI, M.PD.






DISUSUN

O
L
E
H

UUN WANTRI YANI
NIM : A1A510218




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2011
MEDIA PEMBELAJARAN GEOGRAFI DAN GEOMORFOLOGI

1.                   Konsep Media Pembelajaran
A. Pengertian Media Pembelajaran
Media Pembelajaran ialah bagian dari metode pengajaran yaitu penyampaian materi dari guru ke peserta didik, Media pembelajaran adalah suatu sarana untuk meningkatkan hubungan atau interaksi anatara guru,siswa dan lingkungan pembelajaran.
B. Tujuan Menggunakan Media Pembelajaran
Adapun tujuan menggunakan media dalam pembelajaran diantaranya adalah :
1.                   Untuk membangkitkan atau meningkatkan motivasi belajar siswa
2.                   Bahan yang diajarkan akan lebih jelas (tidak akan timbul verbalitas)
3.                   Metode pembelajaran bias bervariasi
4.                   Siswa lebih banyak mengadakan kegiatan belajar
C. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Ada berbagai macam jenis media pembelajaran dari berbagai literatur, adapun jenisnya sebagai berikut :
1. Jenis dan kriteria memilih media pengajaran :
1.                   Media Grafis (2 dimensi)
Ialah media yang dapat diukur panjang dan lebarnya. Contoh : gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster, kartun, komik
2.                   Media 3 Dimensi
Ialah media dalam bentuk model. Contoh : model padat, penampang, susunan, kerja dan model diorama
3.                   Media Proyeksi
Contohnya : slide, film, penggunaan OHP
4.                   Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran
2. Jenis media
a.                   Media audio
Contohnya : radio, tape recorder, piringan hitam, pita radio dan lain-lain
b.                  Media Visual
- Visual Diam : foto, buku, majalah, surat kabar, bagan, diagram, dan poster
- Visual Gerak : film bisu
c.                   Media Audio Visual
- Diam : slide + suara, rekaman, film rangkai + suara, buku + suara
- Gerak : Video, cd, film rangkai + suara, tv, gambar + suara
3. Jenis Media menurut Hartojo
 Media serba aneka
Contohnya : papan tulis, pengumuman, majalah dinding, mesin pengganda
 Media 3D
Contohnya : Sampel, model diorama dan artefak
 Teknik dramatisasi
Contonya : Drama, pantomime, bermain peran dan simulasi
 Sumber belajar pada masyarakat
Contohnya : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan
 Belajar terprogram
Misalnya : lewat Komputer
4. Jenis media pembelajaran :
 Media Visual
Misalnya : Grafik, diagram, chart, peta, bagan, poster, kartun dan komik
 Media Audio
Misalnya : Radio tape, laboratorium bahasa
 Project Still Media
Misalnya : Slide, OHP, in focus
 Project Motion Media
Misalnya : Film, tv, video
Hal-hal yang diperhatikan dalam menggunakan media
1. Guru perlu memiliki pemahaman media pembelajaran tersebut, antara lain : jenis manfaat dan kriteria
2. Guru terampil membuat media pembelajaran sederhana untuk keperluan pengajaran
3. Pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran.
Kriteria yang harus diperhatikan guru dalam menentukan jenis media :
1. Ketepatan dalam tujuan pembelajaran ( sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai )
2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, bahwa pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar mudah dipahami siswa
3. Kemudahan memperoleh media
4. Keterampilan guru untuk menggunakannya
5. Sesuai dengan taraf berfikir siswa
Media digunakan guru, pada saat :
a. Perhatian siswa terhadap pelajaran mulai berkurang akibat kebosanan mendengarkan guru
b. Bahan pengajaran yang di gunakan guru kurang dipahami siswa
c. Terbatasnya sumber pengajaran
d. Sesuai dengan taraf berfikir siswa
Fungsi media pemebelajaran :
 Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman peserta didik
 Media pembelajaran dapat melampaui batas ruang
Contoh :
a. Obyek terlalu besar atau obyek terlalu kecil
b. Obyek bergerak lambat atau obyek bergerak lambat
c. Obyek terlalu kompleks
d. Obyek yang bunyinya terlalu halus
e. Obyek yang mengandung bahaya resiko tinggi
 Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya
 Media Pembelajaran menghasilkan keseragaman pengalaman
 Media Pembelajaran dapat menanamkan konsep yang benar konkrit dan realistis
 Media Pembelajaran membangkitkan keinginan, minat baru
 Media Pembelajaran membangkitkan motivasi, merangsang anak untuk belajar
 Media Pembelajaran memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh yang konkrit ke yang abstrak


GEOGRAFI DESA KOTA
1 pengertian Geografi Desa Kota
Pengertian Desa
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1979 Tentang pemerintah daerah, Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, Desa adalah suatu kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggalnya suatu masyarakat dengan pemerintahan tersendiri.Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafis, sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Sedang menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.

Pengertian Kota
Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti pendapat beberapa ahli berikut ini:
a.      Wirth
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
b.      Max Weber
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
c.      Dwigth Sanderson
      Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
d.      Menurut Prof. Drs. R. Bintarto, Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik.

Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Talcot Parsons juga menjelaskan mengenai tipe masyarakat kota dengan ciri-ciri, yaitu:
a.      Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b.      Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
c.      Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
d.       Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima  berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e.      Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.

Kota Dilihat Dari Aspek Fisiografi, Sosial,Ekonomi, Budaya, Politik Dan Tekhnologi seperti yang kita ketahui, dalam kehidupan sehari-hari kota selalu tampak sibuk. Warga kota yang menjasi penghuni kota memerlukan tempat berteduh, tempat bekerja, tempat bergaul dan tempat menghibur diri. Oleh karena itu kota dapat kita lihat dari segi fisiografis, ekonomi, budaya, sosial dan politik.
Di dalam sejarah perkembangan kota dapat dibagi menjadi 3 zaman kota-kota pada waktu lampau (cities of the past) tergolong antara lain : kota-kota oriental, kota-kota Yunani, kota-kota Romawi, dan lainnya yang merupakan kota-kota kebudayaan kuno
1.  Kota-kota pada zaman pertengahan (medieval cities) di mana pada abad ini banyak dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan Romawi 
2.  Kota-kota pada zaman modern, di mana pola dan perkembangannya sangat ditentukan oleh factor-faktor politik dan ekonomi.




2.                   Ciri-Ciri Desa Kota
a.                   Desa
Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a.      Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b.      Ada pertalian perasaan yang sama  tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
c.    Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. 

b.                  Kota
ciriciri kota dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

a. Ciri-Ciri Fisik
Di wilayah kota terdapat:
1) Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.
2) Tempat parkir yang memadai.
3) Tempat rekreasi dan olahraga.
4) Alun-alun.
5) Gedung-gedung pemerintahan.

b. Ciri-Ciri Sosial
1) Masyarakatnya heterogen.
2) Bersifat individualistis dan materialistis.
3) Mata pencaharian nonagraris.
4) Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai pudar).
5) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan masyarakat miskin.
6) Norma-norma agama tidak begitu ketat.
7) Pandangan hidup lebih rasional.
8) Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat secara tegas.



UNSUR PEMBENTUKAN BUMI
1.                   Litosfer
Litosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling atas yang tersusun oleh batuan. Pengertian batuan di sini bukan hanya batu ~sebenar-benarnya batu~ yang keras seperti yang kita kenal sehari-hari, tetapi juga berbagai jenis tanah, pasir, debu, kerikil, abu vulkan, dan lain-lain. Sumber dari segala jenis batuan tersebut ialah magma. Magma adalah batuan cair dan pijar yang bersuhu tinggi dan mengandung berbagai unsur mineral dan gas. Dalam litosfer, terdapat lebih dari 2000 mineral dan 20 diantaranya adalah mineral pembentuk batuan. Mineral pembentuk batuan yang paling penting, antara lain yaitu:
MACAM-MACAM MINERAL PEMBENTUK BATUAN
·                     Kuarsa (Si02),
·                     Feldspar,
·                     Piroksen,
·                     Mika Putih (K-Al-Silikat),
·                     Biotit  (K-Fe-Al-Silikat),
·                     Amphibol,Khlorit, Kalsit (CaC03),
·                     Dolomit (CaMgCOT3),
·                     Olivin (Mg, Fe),
·                     Bijih Besi Hematit (Fe2O3),
·                     Magnetik (Fe3O2), dan
·                     Limonit (Fe3OH2O)


Litosfer mengandung unsur-unsur utama yang menjadi penyusun batuan. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah zat asam, silisium, aluminium, besi, magnesium. Unsur yang paling banyak di temukan dalam litosfer adalah silisium, aluminium, dan magnesium. Gabungan unsur-unsur tersebut kemudian membentuk lapisan litosfer.
Litosfer terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar disebut lapisan sial karena lapisan ini sebagian besar terdiri dari silisium dan aluminium ( Si=silisium, al=aluminium). Sedangkan lapisan dalam litosfer disebut sebagai lapisan lapisan sima, karena sebagian besar lapisan ini terbentuk dari silisium dan magnesium.
Tebal litosfer rata-rata adalah 1200 km. Ketebalan litosfer tersebut terbagi menjadi 2, yaitu tebal lapisan sial 100 km dan sisanya adalah tebal lapisan sima yaitu 1100 km. Karena sebab tertentu, Litosfer dapat terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua.  Litosfer berdasarkan letaknya, litosfer terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
TIPE LITOSFER
·                     Litosfer samudra, adalah kulit bumi yang berhubungan dengan kerak samudra dan berada di dasar samudra . Litosfer samudra memiliki ketebalan 50 – 100 km.
·                     Litosfer benua, adalah kulit bumi yang berhubungan dengan kerak benua. Litosfer benua mempunyai ketebalan 40 – 200 km.
Litosfer bersifat tidak stabil. Karena itu seringkali terjadi pergeseran dan pergerakan yang menjadi penyebab terjadinya gempa bumi.
a.                   Tenaga Pembentuk Muka Bumi

a.                Tenaga Edogen
Tenaga Edogen : tenaga pembentuk muka bumi yang berasal dari dalam bumi.
Tenaga Endogen terdiri dari 3 jenis yaitu : Tektonisme, vulkanisme, dan Seisme

1.  Tektonisme / Diatropisme / Tektogenesa: yaitu gerakan kulit bumi secara mendatar maupun vertikal.
Akibat tektonisme ada dua macam yaitu: Epirogenetik dan Orogenetik
a.    Gerakan Epirogenetik ( tenaga pembentuk benua)
Gerakan ini berlangsung relatif lama, dan meliputi daerah yang luas
Epirogenetik Positif : Laut seolah-olah naik karena daratan turun
Gambar:







Contoh epirogenetik Positif : Turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian timur, Turunnya muara sungai Mississipi (USA)

Epirogenetik Negatif : Laut seolah-olah turun karena daratan naik
GambarContoh: Naiknya P. Timor dan P. Buton (sulawesi), naiknya dataran tinggi Colorado (USA) Naiknya P. Simeulue (Sumatera)

b.    Gerakan Orogenetik (Tenaga Pembentuk Gunung)
Gerakan ini relatif cepat. Gerakan vertikal dan horisontal ini menyebabkan terjadinya dislokasi (pergeseran kulit bumi) sehingga menyebabkan terjadinya lipatan maupun patahan.
Gambar jenis-jenis lipatan

Gambar jenis-jenis patahan
 
2.  Vulkanisme : yaitu peristiwa yang berhubungan dengan aktivitas magma di dalam bumi.
Gunung api berdasarkan bentuknya:
a.  Gunung api berbentuk Maar
Terbentuk akibat satu kali letusan (eksplosif) cukup besar dan dapur magma dekat dengan permukaan bumi
Contoh : G. Api lamongan (Jawa timur ), Peg. Eifel (perancis)
b.  Gunung api berbentuk kerucut / strato
Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusannya meleleh (efusi) berkali-kali dari bahan kental sehingga berlapis-lapis dan makin tinggi.
Sebagian besar gunung di Indonesia berbentu strato ini.
c.   Gunung api berbentuk Perisai / tameng/ aspit
Bentuknya seperti perisai, terjadi karena bahan letusan sangat cair sehingga meleleh sangat landai antara 1 - 100
Contoh : G. Mauna Loa dan Kilanca di Hawaii

Gunung api berdasarkan berdasarkan Aktivitasnya:
a.  Gunung aktif: yaitu gunung yang masih aktif, selalu mengeluarkan asap, dan sering menimbulkan gempa
b.  Gunung mati ; Gunung yang tidak meletus lagi. Contoh G. Sumbing, G. Lawu, G. Patuha
c.   Gunung istirahat: gunung yang sewaktu-waktu masih bisa meletus kemudian istirahat kembali dalam waktu lama. Contohnya G. Kelud, G. Cermai.

Gunung berdasarkan Tipe Erupsi (letusannya)
 
a.  Tipe Perret : Erupsi mengeluarkan  bahan-bahan yang disemburkan hingga ketinggian 80 Km ke udara, lawanya cair, tekanan gas sangat tinggi, dapur magma sangat dangkal/ dekat dg permukaan bumi.
Tipe ini paling berbahaya, sehingga ketika terjadi erupsi hampir seluruh badan gunung hilang karena disemburkan ke udara
Contoh: hanya ada 2 di dunia G. Vesuvius (Italia) dan Karakatau (Indonesia)
b.  Tipe Merapi : bahan yang dikeluarkan Lava kental, demikian kentalnya sehingga menyumbat kawah, maka ketika sumbat kawah pecah mengakibatkan terjadinya awan panas yg dikenal dengan nama “Wedus Gembel” / gloedlawine :
Contoh : G. Merapi di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah
c.   Tipe Stromboli : saat erupsi mengeluarkan lava berirama 5 menit sekali. Lavanya sangat cair,dapur magma dangkal, namun tekanan gas sedang
Contoh: G. Stromboli (Italia) , G. Raung (Jawa Timur)
d.  Tipe Vulkano kuat : Menyemburkan hujan abu sangat tinggi.
Contoh : G. Etna (Italia)
Tipe Vulkano lemah : mengeluarkan asap abu
Contoh : G. Bromo, G. Semeru
e.  Tipe pelee : Mirip seperti tipe merapi ,membentuk sumbat kawah dan memencarkan awan panas. Bedanya : merapi tekanan gasnya rendah dan dapur magmanya sangat dangkal, sedangkan Pelee Tekanan gasnya sangat tinggi dan dapur magmanya dalam.
f.   Tipe St Vincent

Gunung api berdasarkan Bentuk Lubang Erupsinya
a.  Erupsi Sentral : Magma keluar melalui satu saluran magma/ satu lubang kawah
b.  Erupsi Linier : Magma keluar melalui retakan kulit bumi/ patahan sehingga membentuk deretan pegunungan
c.   Erupsi Areal : dapur magma sangat dekat dengan permukaan bumi sehingga kulit bumi menjadi gosong

Gunung berdasarkan bahan-bahan yang di ledakkan:
Antogen : bahan yang diledakkan berasal dari magma saja
Alogen : bahan yang diledakkan selain dari magma juga dari material disekitar kawah

Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh Vulkanisme:
a.  Bahan Padat (efflata).
Bom (batu-batu besar), lapili (kerikil), pasir, debu, dan batu apung
b.  Bahan Cair :
-  Lava : Magma yang telah keluar
-  Lahar panas : Lava panas bercampur air
-  Lahar dingin : Lava yang telah dingin di puncak gunung, ketika hujan mengalir kebawah
-  Geyser : yaitu mata air yang memancarkan air panas secara periodik.
Contoh : geyser di Yellow Stone Park (USA)
-  Makdani : Mata air mineral. Ciater, Guci
c.   Bahan Gas ( ekshalasi )
-  Solftar (H2S) : Gas Belerang
-  Fumarol (H2O): Uap air
-  Mofet (CO)
-  Awan panas

Tidak semua magma dapat keluar ke permukaan bumi ada juga yang membeku di dalam bumi menjadi batuan beku dalam . Peristiwa ini disebut Intrusi Magma/ Platonisme
Jenis-jenis dan bentuk Intrusi Magma.


Dampak positif Vulkanisme
1.   Menyuburkan tanah. Abu vulkanik akan lapuk menjadi tanah Vulkanik yang subur
2.   Mendekatkan bahan tambang ke permukaan bumi
3.   Gunung menjadi daerah penangkap hujan
4.   Menjadi daerah wisata, dan perkebunan
5.   Dll

Dampak Negatif Vulkanisme.
Menyebabkan terjadinya bencana berupa gempa, awan emulsi/awan panas, dan letusan
Ada beberapa cara untuk mengurangi bahaya letusan gunung api,antra lain:
1.  Membuat kanal-kanal utuk mengalirkan lava ketika terjadi letusan (khusus utk tipe letusan effusif)
2.  Membuat terowongan-terowongan air pada kepundan yang berdanau
3.  Mendirikan pos pengamatan gunung api
4.  Mengungsikan penduduk dari daerah bahaya


3.  Seisme / Gempa Bumi.
-      Seisme/gempa adalah getaran permukaan bumi disebabkan tenaga dari dalam bumi.
-     Pusat gempa di dalam bumi disebut Hiposentrum, sedangkan pusat gempa di permukaan bumi disebut episentrum
-     Alat pengukur gempa : seismograf (horisontal maupun vertikal), kekuatan gempa dinyatakan dalam satuan Skala richter
-     Gempa yang intensitasnya dapat diketahui tanpa menggunakan alat disebut Macroseisme, sedangkan gempa yang intensitasnya kecil dan tidak dapat dirasakan disebut Microsisme
-     Isoseista : adalah garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang terkena gempa dengan kekuatan sama
-     Homoseista : adalah garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang terkena gempa Primer pada saat yang sama
-     Berdasarkan penyebabnya gempa dibedakan menjadi 3
1.  Gempa tektonik : disebabkan oleh tenaga tektonisme (pergeseran kerak/kulit bumi. Gempa ini paling berbahaya karena meliputi kawasan yang luas
2.  Gempa Vulkanik: gempa yang disebabkan aktivitas magma
3.  Gempa runtuhan/ terban: disebabkan karena tanah runtuh / longsor.

b.                Tenaga Eksogen
A. PENGIKISAN (EROSI)
Batuan yang terkena sinar matahari secara terus-menerus setiap siang hari, menjadi panas, dan di malam hari menjadi dingin, dan kadang-kadang terkena hujan. Lambat laun batuan dapat menjadi lapuk. Batuan yang lapuk kemudian akan terkikis. Batuan terkikis tersebut dipindahkan ke tempat lain dengan tenaga air, tenaga angin, dan gletser. Erosi terjadi karena beberapa sebab berikut.

1) Tenaga air
Batuan dapat hancur oleh tetesan air secara terus menerus. Air juga dapat mengangkut hancuran
batuan melalui alirannya. Beberapa bentuk aliran yang timbul akibat erosi air, yaitu sebagai berikut.
a) Erosi percikan (
splash erusion).
b) Kumpulan aliran dari erosi percikan,yaitu erosi parit (
gully erosion).
c) Lebih besar dari gully erosion dan merupakan kumpulannya, yaitu erosi lembah (
valley erosion).
d) Aliran paling besar akibat erosi, yaitu erosi ngarai (
canyon erosion).

Bryce Canyon National Park, USA adalah salah satu canyon erosion

2) Tenaga angin
Apa yang dimaksud dengan deflasi dalam ilmu geografi ?
Hembusan angin dapat menyebabkan erosi pada batuan. Proses pengikisan batuan oleh
angin dinamakan deflasi. Bentuk erosi dari angin berupa lubang-lubang hasil tiupan angin (
blow holes). Bentuk sisa dari erosi angin di antaranya berupa batu jamur (pedestal rocks) dan bentuk hasil endapannya berupa bukit-bukit pasir (sand dunes) dan endapan lebih halus dari pasir (loess). 

Blow Hole di Grand Canyon USA. Sumber :http://us.123rf.com

3) Tenaga gelombang
Erosi ini terjadi di pinggir-pinggir laut dan kekuatan gelombang air laut merupakan tenaga penggerak dari erosi gelombang. Bentuk erosi gelombang berupa gua-gua laut dan celah-celah, serta lengkung laut. Bentuk sisa erosi gelombang berupa dasar pantai yang datar (
platform) dan tanjung dengan ujung yang curam. Hasil endapan dari erosi ini berupa gosong pasir (bars) dan dasar laut yang dangkal dengan endapan sementara di dalamnya (beach).


 salah satu beach erosion.  Sumber :  chestertontribune.com

4) Tenaga gletser
Es yang meluncur di lereng pegunungan dapat mengakibatkan terjadinya erosi. Es meluncur menuruni pegunungan karena es mengalami pencairan. Peluncuran es diikuti oleh tanah dan batuan di lereng pegunungan. Erosi yang disebabkan oleh luncuran es itulah yang dinamakan erosi gletser. Bentuk erosi gletser berupa ledok berundak (cirques) dan palung glasial. Bentuk sisa dari erosi ini adalah puncak bukit yang mirip tanduk (matterhorn peaks) dan jerengjereng yang kasar dan tajam (aretes). Sedangkan hasil endapan erosi gletser berupa morena, drumlin, dan esker.

 
 5) Tenaga makhluk hidup (organisme)
Organisme sebagai tenaga penggerak erosi. yaitu binatang atau manusia. Erosi oleh organisme ini
berupa liang-liang galian binatang (
burrows), atau lubang galian pertambangan oleh manusia. Hasil endapan dari erosi organisme di antaranya berupa karang koral (coral reef) dan sarang binatang (ant hill).
Sarang Semut yang disebut dengan Ant Hill. sumber : wazzasplace.blogspot.com

B. PELAPUKAN
Pelapukan merupakan salah satu tenaga eksogen yang menghasilkan bentuk muka bumi.  Pelapukan merupakan peristiwa hancurnya bentuk gumpalan menjadi butiran yang kecil bahkan dapat larut dalam air.

Macam-macam pelapukan sebagai berikut.
1) Pelapukan fisik
Pelapukan fisik terjadi oleh adanya tenaga panas, air mengalir, gletser, angin, dan air hujan. Pelapukan fisik terjadi secara alami tanpa ada campur tangan manusia. Proses pelapukan ini sangat dipengaruhi kondisi alam suatu wilayah.

2) Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi terjadi karena proses kimiawi sehingga batuan menjadi lapuk.

3) Pelapukan organis atau biologis
Pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup dinamakan pelapukan biologis atau pelapukan
organis. Akar tumbuhan dapat menembus batuan hingga batuan menjadi retak dan lapuk. Semut, cacing, maupun tikus mampu merusak batuan hingga batuan menjadi lapuk. Manusia juga merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya pelapukan.

C. PENGANGKUTAN MATERIAL (MASS WASTING)
Pengangkutan material (mass wasting) terjadi karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga terjadi pengangkutan atau perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain. Proses mass wasting berlangsung dalam empat jenis pergerakan material.
Runtuhan batu yang jatuh dari atas tebing adalah salah satu Mass Wasting. Sumber : physicalgeography.net 






1) Jenis pergerakan pelan (lambat)
Rayapan merupakan bentuk dari jenis pergerakan lambat pada proses mass wasting. Rayapan adalah gerakan tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan, dan biasanya sulit untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang cermat. Rayapan terbagi menjadi beberapa jenis.
·                     Rayapan tanah, yaitu gerakan tanah menuruni lereng. 
·                     Rayapan talus, yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni lereng.  
·                     Rayapan batuan, yaitu gerakan blok-blok secara individual yang menuruni lereng.
·                     Rayapan batuan gletser (rock glatsyer creep), yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni lereng. 
·                     Solifluksi (solifluction), yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air menuruni lereng di d alam saluran tertentu.

2) Jenis pergerakan cepat
Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai berikut.
·                     Aliran tanah, yaitu gerakan berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air menuruni teras atau lereng perbukitan yang kemiringannya kecil. 
·                     Aliran lumpur, yaitu gerak puing batuan yang banyak mengandung air menuruni saluran tertentu secara pelan hingga sangat cepat. 
·                     Gugur puing, yaitu puing-puing batuan yang meluncur di dalam saluran sempit menuruni lereng curam.

3) Longsor lahan (landslide)
Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang mudah diamati, dan biasanya berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut dapat dibagi sebagai berikut.
·                     Luncur, yaitu gerakan penggelinciran dari satu atau beberapa unit puing batuan, atau biasanya disertai suatu putaran ke belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut terjadi. 
·                     Longsor puing, yaitu peluncuran puing batuan yang tidak terpadatkan, dan berlangsung cepat tanpa putaran ke belakang. 
·                     Jatuh puing, yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang vertikal atau menggantung. 
·                     Longsor batu, yaitu massa batuan yang secara individu meluncur atau jatuh menuruni permukaan lapisan atau sesaran. 
·                     Jatuh batu, yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari lereng curam.

4) Amblesan (subsidensi) 


Amblesan, yaitu pergeseran tempat ke arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak menimbulkan
pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi karena perpindahan material secara pelan-pelan di
daerah massa yang ambles.



2.                   HIDOSFER

                Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan. Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Daerah perairan ini meliputi samudera, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Diperkirakan hampir tiga perempat atau 75 % muka bumi tertutup oleh air. Jadi dapat dikatakan bumi kita ini adalah planet air.
Air di bumi memiliki jumlah yang tetap dan senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran peredaran yang disebut dengan siklus hidrologi, siklus air atau daur hidrologi.
 Persentase luas permukaan laut dan luas permukaan daratan
Di belahan bumi utara dan selatan.
BELAHAN BUMI
LUAS LAUTAN (%)
LUAS DARATAN (%)
Utara
Selatan
61
81
39
19
Untuk keperluan pemahaman praktis dalam mempelajari tentang air diperlukan beberapa cabang ilmu, antara lain sebagai berikut :
·                     Hidrometeorologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur2 meteorologi dan siklus hidrologi yang ditekankan kepada hubungan timbal balik.
·                     Potamologi, yaitu ilmu yang mempelajari air yang mengalir di permukaan tanah, baik yang melalui saluran, maupun yang tidak melalui saluran.
·                     Geohidrologi, yaitu ilmu yang mempelajari keberadaan, persebaran, dan gerak air di bawah permukaan tanah.
·                     Limnologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk air yang berada di danau.
·                     Oseanologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang keadaan air di lautan.
  Siklus air dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :
1.       Siklus Air Kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan dan hujan, lalu jatuh ke laut






2.       Siklus Air Sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi dan dibawa angin, membentuk awan di atas daratan, jatuh   sebagai hujan, lalu masuk ke tanah, selokan, sungai, dan ke laut lagi.
 
3.       Siklus Air Besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk kristal2 es di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk gletser (lapisan es yang mencair), masuk ke sungai, lalu kembali ke laut.
 
Terjadinya siklus air tersebut disebabkan oleh adanya proses2 yang mengikuti gejala meteorologis dan klimatologis, antara lain :
·                     Evaporasi, yaitu penguapan benda2 abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80 % berasal dari penguapan air laut.
·                     Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh2an melalui stomata atau mulut daun.
·                     Evapotranspirasi, yaitu proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi.
·                     Kondensasi, yaitu proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat pendinginan.
·                     Adveksi, yaitu transportasi air pada gerakan horizontal seperti transportasi panas dan uap air dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.
·                     Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es, dan hujan salju.
·                     Run Off (Aliran Permukaan), yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai dan anak sungai.
·                     Infiltrasi, yaitu perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah.
 Di dalam siklus hidrologi terjadi proses kondensasi dan sublemasi. Kondensasi adalah proses berubahnya uap air menjadi butir2 air, sedangkan sublemasi adalah proses berubahnya uap air menjadi butir2 es atau salju. Menurut perkiraan, air yang ada dipermukaan bumi seluruhnya mencapai 1.360.000.000 km3. Sekitar 1.320.000.000 km3 berada di lautan/samudera dan sisanya terjadi sirkulasi pada atmosfer ke daratan dan kembali ke laut atau samudera.
                Air yang ada dipermukaan bumi dan di udara berada dalam bentuk cair, gas dan padat (es atau salju). Perubahan air dalam tiga bentuk ini memang sangat menakjubkan. Jika terjadi perubahan temperatur, air dapat berubah menjadi es yang disebut membeku (freezing), atau sebaliknya es akan berubah menjadi air yang disebut mencair (melting), dan air yang mencair tersebut dapat pula berubah menjadi gas melalui proses penguapan (evaporation).
                Dalam setahun tidak kurang dari 500.000 km3 air di muka bumi berubah menjadi gas ke dalam atmosfer. Kurang lebih 430.000 km3 air laut berubah menjadi uap air atau sekitar 1.000 km3 setiap hari, dan sisanya 70.000 km3 menguap dari daratan (termasuk penguapan dari tanaman yang disebut dengan Transpiration).


Uap air yang terdapat dalam udara dapat berubah menjadi butir2 air atau es (kondensasi). Jika temperatur udara terus menurun, butiran air berubah menjadi kristal2 es, lama kelamaan semakin besar, dan udara tidak lagi mampu menahan beratnya sehingga jatuh ke bumi sebagai hujan (precipitation). Butiran2 air atau kristal2 es yang masih bertahan melayang-layang di udara karena amat kecil disebut awan.
                Sebaliknya, setiap tahunnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi sekitar 500.000 km3, yaitu 390.000 km3 langsung jatuh di laut/samudera, dan 110.000 km3 jatuh di daratan. Persebaran air yang berada di muka bumi secara persentase adalah sebagai berikut : air laut 97,5 %, air sungai, air danau, air tanah, dan salju 2,449 %, serta berupa uap air 0,001 %.
 AIR PERMUKAAN.
                Air permukaan adalah bagian dari air hujan yang tidak mengalami infiltrasi (peresapan), atau air hujan yang mengalami peresapan dan muncul kembali ke permukaan bumi sebagai mata air. Mata air yang muncul di permukaan bumi akan mengalir sebagai air permukaan.
 Macam-macam air permukaan : 
A. Sungai
                Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu : limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak2 sungai, dan limpasan dari air tanah.
                Pada umumnya, sungai bermuara sampai ke laut atau danau2. Tetapi, adapula sungai2 yang muaranya tidak dapat mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun yang amat kering. Di Australia, sungai jenis ini disebut creek dan di Arab disebut Wadi. Pada saat hujan, palung2 sungai ini berisi air tetapi bilamana hujan tidak ada, sungai ini hanya berupa palung2 yang kerin. Air hujan yang mengalir tidak dapat mencapai laut karena banyak meresap ke dalam tanah yang kering dan ada pula yang habis menguap kembali ke atmosfer.
   
          
Besarnya volume air yang mengalir pada suatu sugai dalam satuan waktu pada titik tertentu di sungai itu, disebut debit air. Debit air sungai terkecil terdapat di bagian hulu, sedangkan yang terbesar terdapat di bagian muara. Sungai yang besar berarti debit airnya besar, sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit airnya kecil.
                Besar kecilnya volume air yang mengalir (debit air sungai) dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
Iklim, usur iklim sangat berpengaruh terhadap debit air sungai. Banyaknya curah hujan (Presipitasi) dan besarnya penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume air yang ada dalam sungai.
Pada saat musim penghujan presipitasi lebih besar dibandingkan besarnya evaporasi yang mengakibatkan debit air menjadi besar bahkan terjadi luapan air atau banjir. Tetapi sebaliknya, pada musim kemarau jumlah presipitasi menurun tetapi tingkat penguapan meningkat sehingga debit air semakin kecil.
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), luas dan ketinggian daerah aliran sungai berpengaruh besar terhadap debit air sungai. Daerah aliran sungai adalah bagian permukaan bumi yang berfungsi untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai. Contoh : hujan yang jatuh pada bagian permukaan bumi mengalirkan airnya ke sungai, misalnya sungai Kapuas. Bagian permukaan bumi yang menerima air hujan dan mengalirkan airnya ke sungai Kapuas disebut DAS Kapuas. Das biasanya dibatasi oleh punggung/igir perbukitan atau pegunungan. DAS yang luas berarti memiliki daerah tangkapan hujan yang luas pula, sehingga debit air sungai yang mengalir pada DAS itu akan lebih besar.


 Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
·                     Sungai Consequent Lateral, yakni sungai yang arah alirannya menuruni lereng2 asli yang ada di permukaan bumi seperti dome, blockmountain, atau dataran yang baru terangkat.
·                     Sungai Consequent Longitudinal,  yakni sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal (bagian puncak gelombang pegungungan).
·                     Sungai Subsequent, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai consequent lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi se samping dan memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikuti arah strike (arah patahan).
·                     Sungai Superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan2 penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.
·                     Sungai Antecedent, yakni sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi pangangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan tersebut berjalan dengan lambat.
·                     Sungai Resequent, yakni sungai  yang mengalir menuruni dip slope (kemiringan patahan) dari formasi2 daerah tersebut dan searah dengan sungai consequent lateral. Sungai resequent ini terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan sering merupakan anak sungai subsequent.
·                     Sungai Obsequent, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi2 patahan.
·                     Sungai Insequent, yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab2 yang nyata. Sungai ini tidak mengalir mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini mengalir dengan arah tidak tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
·                     Sungai Reverse, yani sugai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
·                     Sungai Composit, yakni sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai composit.
·                     Sungai Anaclinal, yakni sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
·                     Sungai Compound, yakni sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan geomorfologinya.
 Ada berbagai pola aliran sungai, sebagai berikut :
·                     Pararel, adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali, sehingga gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat terbentuk pada suatu coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya miring sekali kea rah laut.
·                     Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini merupakan pola aliran siku2.
·                     Angulate, adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku2 tetapi lebih kecil atau lebih besar dari 90o. di sini masih kelihatan bahwa sungai2 masih mengikuti garis2 patahan.
·                     Radial Centrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng2 pegunungan.
·                     Radial Centripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi tersebut.
·                     Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
·                     Annular, adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent, subsequent, resequent dan obsequent.
·                     Dentritic, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada daerah yang batu2annya homogen, dan lereng2nya tidak begitu terjal, sehingga sungai2nya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.


        Macam-macam sungai berdasarkan keajegan aliran airnya, yaitu sebagai berikut :
·                     Sungai Episodik, yaitu sungai yang airnya tetap mengalir baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan. Jenis sungai ini banyak terdapat di Irian Jaya, Sumatera, dan Kalimantan.
·                     Sungai Periodik, yaitu sungai yang hanya berair pada musim penghujan saja, sedang pada musim kemarau kering tak berair. Jenis sungai ini banyak terdapat di Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, pada umumnya sungai periodik ini mempunyai mata air dari daerah2 yang hutannya sudah gundul.
 Macam-macam sungai berdasarkan sumber airnya yaitu sebagai berikut :
·                     Sungai Tadah Hujan, yaitu sungai yang volume airnya tergantung pada air hujan, seperti sungai2 di Pulau Jawa.
·                     Sungai Campuran atau Sungai Kombinasi, yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan gletser (salju yang mencair, kemudian mengalir) oleh karena itu jika sungai mata airnya dari gletser disebut sungai gletser. Contohnya sungai Mamberema di Irian Jaya.
 Bagian-bagian pada daerah aliran sungai, yaitu :
1)       Bagian Hulu Sungai.
Yaitu bagian sungai yang dekat dengan mata air, merupakan sungai dalam stadium muda, dengan ciri2 :
·                     Pengikisan kearah dalam atau vertikal.
·                     Aliran airnya deras
·                     Tebingnya curam
·                     Tidak terjadi proses pengendapan/sedimentasi
·                     Belum terdapat teras2 sungai.
2)       Bagian Tengah Sungai.
Yaitu bagian antara hulu sungai dengan hilir sungai dan disebut stadium dewas, dengan ciri2 :
·                     Pengikisan ke arah dalam dan samping
·                     Alirannya kurang begitu jelas
·                     Banyak terjadi pengendapan
·                     Terdapat teras2 sungai.
·                     Terbentuknya pola aliran yang berkelok-kelok atau disebut meander.
3)       Bagian Hilir Sungai.
Yaitu bagian sungai yang dekat ke laut, dan disebut stadium tua dengan ciri2 :
·                     Pengikisan tidak terjadi
·                     Aliran air tenang
·                     Banyak terjadi pengendapan
·                     Teras2 sudah tidak jelas
·                     Sungai banyak berkelok-kelok
·                     Terdapat beting2 pasir di tengah sungai yang disebut dengan delta.
 B. Danau.
                Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertent, yang biasanya berbentuk mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai2, serta mata air, dan air tanah. Keempat sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen, artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya, jika sumber air pengisi danau itu hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka danau itu umumnya bersifat temporer atau periodic. Artinya danau tersebut pada waktu2 tertentu kering.
Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
1)       Danau Air Asin.
Pada umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid, di mana penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Kalau danau semacam ini menjadi kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar danau tersebut. Danau2 yang bersifat temporer banyak terdapat di daerah arid yang mempunyai kadar garam tinggi. Contoh danau kadar garam yang tinggi adalah Great Salt Lake, kadar garamnya sebesar 18,6 %, dan Danau Merah (dekat laut asam), kadar garamnya 32 %.
2)       Danau Air Tawar.
Danau air tawar terutama terdapat di daerah2 humid (basah) dimana curah hujan tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu mengalirkan airnya kembali ke laut. Jadi danau ini merupakan danau terbuka.
 Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1.      Danau Vulkanik/Kawah/Maar, yaitu danau yang terjadi karena peletusan gunung berapi yang menimbulkan kawah luas di puncaknya. Kawah tersebut kemudian terisi oleh air hujan dan terbentuklah danau. Contoh : Danau Kawah Gunung Kelud dan Gunung Batur.
2.      Danau Lembah Gletser,  setelah zaman es berakhir, daerah2 yang dulunya dilalui gletser menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak berhubungan dengan laut, maka lembah itu akan menjadi danau. Contohnya: danau Michigan, danau Huron, Superior, Erie, dan danau Ontario.
3.      Danau Tektonik, adalah danau yang terjadi karena peristiwa tektonik; yang mengakibatkan terperosoknya sebagian kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan yang cukup besar. Contoh danau tektonik adalah : danau toba, singkarak, kerinci dll.
4.      Danau Dolina/Karst, adalah danau yang terjadi karena pelarutan batuan kapur, sehingga membentuk cekungan2 yang yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau ini banyak ditemukan di daerah pegunungan kapur.
5.      Danau Hempangan/Bendungan, adalah danau yang terjadi karena aliran sebuah sungai terbendung oleh lava, sehingga airnya menggenang dan terbentuklah danau. Contohnya danau laut tawar di Aceh dan Tondano.
6.      Danau Buatan, adalah danau yang dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk irigasi, perikanan, pembangkit tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak di Marelan, Proyek Asahan dll.
 C. Rawa
                Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi.
                Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1)       Rawa yang airnya selalu tergenang
Tanah2 di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian kerena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang airnya selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam. Derajat keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang dengan warna air kemerah-merahan.
2)       Rawa yang airnya tidak selalu tergenang.
Rawa jenis ini mengandung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif mongering pada saat air laut surut. Akibat adanya pergantian air tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut. Salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu asam adalah banyaknya pohon2 rumbia.
 
MORFOLOGI PESISIR PANTAI
Laut menutupi permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dangan daratan disebut garis pantai (pertemuan permuakaan laut dengan daratan). Perairan laut di permukaan bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup lautan sebesar 60%, sedangkan pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan sekitar 80%.
                Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak pula yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut. Relief dasar laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti dari kedalaman laut rata2 mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata2 hanya 840 m. laut yang terdalam ada di Palung Mindanau (Palung Filipina), mencapai kedalaman 10.830 m sedangkan daratan yang tertinggi adalah pada Gunung Everest, yang mencapai ketinggian 8.880 m.
                Untuk mengetahui kedalaman laut, dilakukan pengukuran2 yang disebut “menduga dalamnya laut”. Pengukuran kedalaman laut ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1)       Batu Duga, cara ini disebut juga tali unting, merupakan cara mengukur kedalaman laut yang paling sederhana. Sebongkah besi diikat pada ujung tali dan sebuah tabung beserta alat pemberat diturunkan ke dasar laut. Sistem ini memerlukan waktu yang lama karena untuk mengukur kedalaman laut sampai 5000 m saja memerlukan waktu sampai satu jam. Selain itu, kedalaman laut yang sebenarnya kadang2 kurang tepat disebabkan tali yang diturunkan sering condong/atau lengkung karena terbawa oleh arus laut.
2)       Gema Duga, cara ini merupakan teknologi yang lebih maju dan mulai digunakan sejak tahun 1920. Cara ini menggunakan alat pengirim dan penerima gelombang suara. Suara dari alat pengirim akan merambat ke dasar laut dan sesampainya di dasar laut dipantulkan kembali ke atas. Pantulan kembali gema suara akan diterima oleh alat penerima di atas kapal. Alat gema duga sering dinamakan hidrofon. Dengan mengetahui kecepatan suara yang diterima, maka dapat diketahui kedalamannya. Dengan pengandaian kecepatan suara dalam air laut 1.500 m/det, dihasilkan rumus kedalaman laut sebagai berikut :
 D = t x v
             2                                                                                             
Keterangan :
D             = kedalaman laut
t               = jangka waktu antara suara yang dikirimkan sampai diterima kembali pantulan gema suaranya.
v              = kecepatan suara dalam air.
  Contoh :
Waktu antara dikirimnya suara dari kapal sampai diterima kembali gema suaranya oleh hidrofon di atas kapal adalah 7 detik. Maka kedalaman laut tersebut adalah :
D = t x v   =  1500 x 7 = 5.250 meter
          2                   2
Dengan waktu hanya 7 detik, laut yang kedalamannya mencapai 5.250 m telah dapat diketahui.
Berdasarkan letaknya, laut dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
1)       Laut Tepi.
Laut tepi merupakan laut yang berada di tepi benua dan dipisahkan oleh kepulauan dari samudera. Contoh dari laut ini adalah Laut Cina Selatan yang terletak di tepi Benua Asia.
2)       Laut Pedalaman.
Laut pedalaman merupakan laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan atau terletak di tengah2 suatu benua. Laut yang masuk jenis ini adalah laut hitam yang terletak di tengah Benua Asia, juga Laut Adriatik.
3)       Laut Tengah.
Laut tengah merupakan lautan yang memisahkan dua benua atau lebih. Misalnya laut tengah (Mediterania) yang memisahkan Benua Eropa dan Afrika, juga laut Indonesia yang memisahkan Benua Asia dengan Australia.
4)       Selat.
Selat merupakan laut sempit yang terletak di antara dua pulau atau dua benua. Misalnya selat Sunda yang terletak di antara pulau Sumatera dengan Pulau Jawa.
5)       Teluk.
Teluk merupakan laut yang menjorok ke daratan. Contoh dari teluk adalah Teluk Siam yang terdapat di Thailand.
 Pembagian laut menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa zona sebagai berikut :
1)       Zona Litoral atau Jalur Pasang, yaitu bagian cekungan lautan yang terletak diantara pasang naik dan pasang surut.
2)       Zona Epineritik, yaitu bagian cekungan lautan diantara garis2 surut dan tempat paling dalam yang masih dapat dicapai oleh daya sinar matahari (pada umumnya sampai sedalam 50 m).
3)       Zona Neritik, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 50 – 200 m.
4)       Zona Batial, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 200 – 2000 m.
5)       Zona Abisal, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya lebih dari 2000 m.





Pembagian laut menurut terjadinya, laut dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu sebagai berikut :
·         Laut Transgresi atau Laut Meluas, yaitu laut yang terjadi karena perubahan permukaan air laut positif, baik yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut itu sendiri atau oleh turunnya daratan perlahan-lahan, sehingga sebagian dari daratan digenangi air. Laut jenis ini pada umumnya terjadi pada akhir zaman glacial. Contoh : Laut Utara dan Laut Jawa.
·         Laut Ingresi atau Laut Tanah Turun, laut ini terjadi karena turunnya tanah sebagai akibat tekanan vertikal (gaya endogen) yang menimbulkan patahan. Contoh : laut Karibia, Laut Jepang, dan Laut Tengah.
·         Laut Regresi atau Laut Menyempit, laut ini terjadi karena laut mengalami proses penyempitan akibat adanya endapan2 di laut yang dibawa sungai sehingga laut tersebut mengalami pendangkalan. Contohnya : Selat Malaka.
 Arus laut adalah aliran air laut yang mempunyai arah dan peredaran yang tetap dan teratur. Gerak aliran arus laut dapat disamakan dengan aliran air sungai, tetapi aliran arus laut lebih lebar. Arus laut dapat dibedakan menurut letak, suhu, dan cara terjadinya.
1.       Menurut letaknya
·         Arus bawah ialah arus laut yang bergerak di bawah permukaan laut, misalnya arus bawah di Selat Gibraltar.
·         Arus atas ialah arus laut yang bergerak di permukaan laut, misalnya arus Kalifornia.
2.       Menurut suhunya.
Arus panas ialah bila suhu arus air laut lebih panas daripada suhu air laut di sekitarnya, misalnya arus teluk.
Arus dingin ialah bila suhu arus laut lebih dingin dari laut di sekitarnya, misalnya arus Labrador.
3.       Menurut terjadinya.
1)       Arus karena perbedaan kadar garam atau berat jenis air laut.
2)       Arus karena dingin
3)       Arus karena perbedaan niveau (beda tinggi muka air)
4)       Arus karena pengaruh daratan/benua.
5)       Arus karena pasang naik dan surut.
Kecerahan atau warna air laut tergantung pada zat2 oraganik maupun anorganik yang ada di laut. Warna air laut ada beberapa macam karena beberapa sebab berikut :
§  Pada umumny lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak daripada sinar lain.
§  Warna kuning, karena dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai Kuning di Cina (sungai Huang Ho).
§  Warna hijau, karena adanya plankton2 dalam jumlah besar.
§  Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es, misalnya latu di Kutub Utara dan Selatan.
§  Warna ungu, karena adanya organism kecil yang mengeluarkan sinar2 fosfor, misalnya Laut Ambon.
§  Warna hitam, karena dasarnya terdapat lumpur hitam. Misalnya laut Hitam.
§  Warna merah, karena banyaknya binatang2 kecil berwarna merah yang terapung-apung, misalnya laut merah.
Salinitas atau kadar garam air laut adalah banyaknya garam (dinyatakan dengan gram) yang terdapat dalam satu liter air laut. Garam di laut berasal dari hasil2 pelapukan di daratan. Hasil2 pelapukan ini mengandung bermacam-macam garam, yang oleh air sungai di larutkan, dihanyutkan, serta dibawa ke laut. Hampir di setiap tempat laut memiliki salinitas (kadar garam) antara 33% hingga 37%. Pada air laut dalam, nilai salinitas antara 34,5% dan 35% rata2 salinitas air laut adalah 35%.
               Menurut Clarke, di dalam air laut terdapat larutan garam seperti :
1)       Kalsium karbonat (CaCO3) : 0,34%
2)       Magnesium bromida (MgBr2) : 0,22%
3)       Kalium Sulfat (K2SO4) : 2,64%
4)       Kalsium sulfat (CaSO4) : 3,60%
5)       Magnesium sulfat (MgSO4) : 4,74%
6)       Magnesium Klorida (MgCL2) : 10,88%
7)       Natrium Klorida (NaCl) : 77,78%
Perubahan kadar garam di laut tidak besar. Hal ini disebabkan oleh kecilnya proses penguapan bila dibandingkan dengan isi air laut tersebut. Besar kecilnya kadar garam di laut ditentukan oleh faktor2 berikut :
1)       Banyak sedikitnya air yang berasal dari gletser
2)       Besar kecilnya curah hujan di tempat tersebut
3)       Besar kecilnya penguapan di tempat tersebut
4)       Besar kecilnya atau banyak sedikitnya sungai yang bermuara di tempat tersebut.
 Mineral laut berasal dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai2. Mineral itu antara lain adalah :
§  Garam, tempat2 pembuatan garam dijumpai di Pulau Madura dan Rembang.
§  Kapur, berasal dari kerang, globigerine (foraminifera), dan sebagainya.
§  Kalium karbonat, berasal dari sebangsa lumut (potash)
§  Fosfat, berasal dari tulang2 ikan dan kotoran burung pemakan ikan, dan biasanya untuk pupuk.
 Kekayaan fauna dan flora laut sama halnya dengan daratan. Pada umumnya organisme laut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1)       Bentos, ialah binatang2 laut yang hidupnya di dasar laut. Bentos ini dapat pula dibagi menjadi dua golongan yaitu : (1) bentos sesial, yang hidupnya terikat pada suatu tempat, misalnya tiram, koral, jenis2 brochipoda dan sebagainya, dan (2)bentos vagil, yang bergerak di dasar laut, misalnya landak laut, siput laut, dan sebagainya.
2)       Pelagos, ialah organisme yang hidupnya tak tergantung pada dasar laut dan umumnya menjadi penghuni lapisan air bagian atas. Pelagos dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu (1) nekton, ialah golongan organisme yang mempunyai alat badan sendiri untuk bergerak sehingga dapat tinggal di daerah tertentu yang menyediakan banyak makanan atau tempat2 yang keadaannya baik bagi mereka. Contoh : semua jenis ikan, ubur2 dan sebagainya (2) plankton, ialah golongan organisme yang tidak mempunyai alat2 badan sendiri untuk bergerak. Gerakan mereka bergantung pada arus yang disebabkan oleh angin atau perbedaan suhu. Contoh : jenis2 binatang bersel satu seperti radiolarian, foraminifera, dan tumbuh2an yang bersel satu misalnya algae, diatomea, demikian juga binatang2 bersel banyak yang kecil seperti sebangsa udang kecil.
Sama halnya dengan di daratan, di lautan pun sedimentasi terjadi terutama berasal dari sisa2 organisme yang mati maupun bahan2 anorganis. Beberapa jenis endapan lumpur berturut-turut dari pantai ke laut dalam, yaitu :
1.       Endapan Lumpur Terigen, endapan yang terdiri dari materi2 halus, terutama materi2 dari daratan yang dibawa oleh sungai2.
2.       Endapan Lumpur Globigerina, yaitu endapan yang terdiri atas sisa2 binatang dan tumbuhan2 yang telah mati, terutama terdiri dari kapur berasam arang dan asam kersik. Lumpur globigerina di atas terutama terdapat di dasar laut yang dalamnya antara 2000 m sampai 4000 m.
3.       Endapan Lumpur Radiolaria atau Lumpur Laut Merah, yaitu endapan yang sebagian berasal dari hasil2 letusan gunung berapi di dalam laut dan sebagian berasal dari sisa2 binatang yang amat kecil yang berangka zat kersik. Endapan ini terdapat pada laut yang dalam (4.000 – 7.000 m) dan tidak terdapat kapur atau persenyawaan2 kapur




3.                   PEDOSFER

pedosfer


Pedosfer, adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut pedogenesa.
Lahan adalah permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair, dan gas. Sama halnya dengan tanah, penggunaan lahan antara orang yang satu dengan yang lain berlainan kepentingannya.

Faktor-faktor pembentuk tanah :

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktorfaktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

T = f (i, o, b, t, w)

Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
o = organisme

1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah suhu dan curah hujan. Dalam hal ini, suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).

2. Organisme
Peranan organisme dalam proses pemebentukan tanah sangat besar, akumulasi bahan organisme, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Disamping itu unsur nitrogen dalam tanah dapat diikat oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri didalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman.

3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.


4. Topogarafi
Faktor topografi yang mempengaruhi proses pembentukan tanah di Indonesia yaitu bentuk lahan dan kemiringan lereng. Faktor topografi berpengaruh terhadap proses pemebentukan tanah dengan cara sebagai berikut :
• Mempengaruhi jumlah air hujan yang jatuh
• Mempengaruhi dalamnya air tanah
• Mempengaruhi tinggi rendahnya erosi
• Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya.

Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan topografi antara lain;
• Tebal solum
• Kandungan bahan organik dalam horizon A
• Kandungan air tanah
• Warna tanah
• Tingkat perkembangan horizon
• Reaksi PH tanah
• Kandungan garam yang mudah larut dalam tanah.

5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah dewasa ditandai dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua
149 ditandai dengan proses perubahan yang nyata pada horizon A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbedabeda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.

Komponen-komponen pembentukan tanah

1. Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu susunan mineral didalam tanah berbeda-beda sesuai dengan mineral batu-batuan yang lapuk. Mineral tanah dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal dari batuan yang lapuk, sedangkan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan berlangsung. Mineral primer pada umumnya erdapat dalam fraksi-fraksi pasir dan debu, sedangkan mineral sekunder umumnya terdapat dalam fraksi liat.

Beberapa jenis mineral primer dan unsur hara

Mineral Unsur Hara
Kuarsa Si, O
Kalsit Ca
Dolomit Ca, Mg
Felspor :
a. Ortoklas K
b. Plagikas Na, Ca

Mika :
c. Muskovit K
d. Biovit K, Mg, Fe

Amfibole (hornblende) Ca, Mg, Fe, Na
Pyroksin(hiperstin,augit) Ca, Mg, Fe
Olivin Mg, Fe
Leusit K
Apatit P


2. Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan oraganik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuha tanaman adalah sebagai berikut :
a. Sebagai granulator, yaitu mempernaiki struktur tanah.
b. Sumber unsur hara N, P, S dan unsur mikro.
c. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
d. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi).
e. Sumber energi bagi mikroorganisme.

Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan oraganik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme didalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) , berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan oraganik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus.
Didaerah rawa-rawa, seperti daerah rawa-rawa pasang surut, sering dijumpai tanah –tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40cm, maka tanah tersebut disebut tanah organik (tanah gambut).

3. Air
Guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
• Sebagai unsur ahra tanaman, tanaman memrlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
• Sebagai pelarut unsur hara, unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman.
• Sebagai bagian dari sel-sel tanaman, air merupakan bagian dari protopasma.

Persediaan air didalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotransporasi (penguapan langsupenguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah.
Air dapat diserap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air didalam tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Air higroskopik, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman (adesi antara tanah dengan air).
• Air kapiler, yaitu air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan daya adesi (anatara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak kesamping atau keatas karena gaya-gaya kapilernya, sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap oleh tanaman).

4. Udara
Susunan udara dalam tanah adalah :
• Kandungan uap air lebih tinggi. Tanah-tanah yang lembab mempunyai udara dengan kelembaban nisbi mendekati 100%.
• Kandungan CO2 lebih besar daripada atmosfer (˂ 0,03%).
• Kandungan O2 lebih kecil daripada atmosfer (udara tanah 10-12% O2, atmosfer 20% O2). Hal tersebut mungkin disebabkan karena kegiatan dekomposisi bahan organik atau pernapasan oragnisme hidup dalam tanah dan akar-akar tanaman yang mengambil O2 dan melepaskan CO2.

Warna tanah

Warna tanah merupakan petunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah.
Perbedaan warna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap. Pada lapisan tanah bagian bawah kandungan bahan organik pada umumnya rendah sehingga warna tanah dipengaruhi oleh banyaknya senyawa Fe (besi).
Didaerah yang sistem pengairannya buruk atau daerah yang selalu tergenang air sebagian besar tanahnya berwarna abu-abu. Sebaliknya didaerah yang sistem pengairannya teratur maka dijumpai warna tanah merah atau cokelat kekuning-kuningan.
Warna dalam tanah dipengaruhi oleh persenyawaan besi dalam tanah, kandungan bahan organik, persenyawaan kuarsa, persenyawaan unsur mangan.


Profil Tanah
profil tanah adalah penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan horizon. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas kebawah adalah horizon O, A, B, dan C.sedangkan horizon yang menyusun solum tanah adalah hanya horizon A dan B.


• Horizon O
Horizon O ditemukan terutama pada tanah-tanha hutan yang belum terganggu, merupakan horizon organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral.

• Horizon A
Horizon ini ditemukan dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan mineral. Merupakan horizon aluviasi yaitu horizon yang mengalami pencucian.
A1 : bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap.
A2 : horizon dimana terdapat pencucian (aluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al bahan organik.
A3 : horizon peralihan ke-B, lebih menyerupai A.

• Horizon B
Horizon aluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
B1 : peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B.
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al-Oksida, kadang-kadang bahan organik.
B3 : peralihan ke-C, lebih menyerupai B.

• Horizon C
Bahan induk sedikit terlapuk.

• Horizon D atau R
Batuan keras yang belum lapuk.



PH Tanah

Ph tanah adalah derajat keasaman tanah. Tanah masam jumlah unsur H- lebih tinggi. Tanah basa (alkali) kandungan ion OH+ lebih tinggi daripada ion H+. Tanah netral kandungan ion H- sama dengan ion OH- atau tanah yang mempunyai Ph = 7.
Pada PH tanah netral masam, unsur hara tidak dapat diserap. Pada PH tanah masam unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Al (aluminium). Pada PH tanah basa (alkali) unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Ca.
Untuk tanah yang terlalu masam dapat dinaikan PH nya dengan menambahkan kapur. Sedangkan tanah yang terlalu basa (alkali) dapat diturunkan PH-nya dengan menambahkan belerang.


Struktur dan Tekstur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
a. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
b. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
c. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
d. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
e. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
f. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
g. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah. Ke-12 kelas tekstur tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasir. g. Lempung liat.
b. Pasir berlempung. h. Lempung liat berpasir.
c. Lempung berpasir. i. Lempung liat berdebu.
d. Lempung. j. Liat berpasir.
e. Lempung berdebu. k. Liat berdebu.
f. Debu. l. Liat.

Di lapangan, tekstur tanah secara sederhana dapat ditentukan dengan memilin tanah yang dibasahi dengan menggunakan jari-jari tangan (kasar halusnya tanah).
Menurut Taksonomi Tanah (1970), tanah dibagi menjadi sepuluh macam yaitu;
1. Oxisol, berasal dari bahasa Prancis yang berarti oxide atau oksida. Tanah ini telah mengalami pelapukan yang hebat, terdiri atas campuran besi dan aluminium, sedikit bahan organik. Warnanya dari kuning ke merah coklat sampai coklat kemerahan. Jenis tanah ini meliputi tanah lateritik, latosol, dan laterit air tanah. (Menurut klasifikasi tanah tahun 1949).
2. Ultisol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan yang sangat hebat, yang ditandai pula dengan pengaruh luar, pencucian (leached). Warnanya merah sampai kuning. Lateritik coklat kemerahan, setengah bog (gambut), glei humus rendah.
3. Vertisol, yaitu golongan tanah yang khas terdapat pada region-region bervegetasi sabana atau steppa, di daerah iklim tropika dan subtropika yang memiliki musim kering dan basah yang berganti-ganti dengan nyata.
4. Entisol, yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi tanah ini masih baru, belum menunjukkan perkembangan horizon. Adapun yang termasuk jenis tanah ini adalah tanah alluvial, regosol gunung, regosol pantai, dan lithosol.
5. Inceptisol, yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan penampangnya. Namun, sudah ada eluvasi dan iluvasi. Golongan ini terjadi dalam hampir semua region iklim.
6. Spodosol, yaitu tanah yang tersebar dalam semua iklim, mempunyai solum yang sangat asam, kemampuan menahan air rendah, dan kurang subur.
7. Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, pH kurang dari 7,0. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah chesnut, chernozem, brunizem (prairies), rendzina, dan sebagainya.
8. Alfisol, yaitu tanah yang tersebar di daerah beriklim lembap, kaya dengan alumunium, besi, air, dan bahan organik. Warnanya abu-abu, horizonnya mengandung lapisan-lapisan tanah liat (clay). Adapun yang termasuk tanah ini adalah grey-brown podzolic dan wooded, beberapa planosol dan noncalcic-brown.
9. Aridisol, yaitu tanah yang sepanjang tahun kering, kandungan organiknya rendah, warnanya kemerah-merahan, terbentuk di daerah gurun atau semi-gurun. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah reddish dessert, sierozem, dan raddish brown.
10.Histosol, mencakup semua tanah organik, seperti tanah organosol dan gambut (bog).

Jenis-jenis Tanah di Indonesia

a. Tanah gambut atau tanah organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput rawa. Tanah gambut mempunyai ciri dan sifat, yaitu tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua).
2) Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawarawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5–6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah).
3) Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.

Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1) Gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi.
2) Gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya selalu tergenang air.
3) Gambut mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.

b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi).

c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.

d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit mempunyai perkembangan profil, batuan induknya merupakan batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir dan tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.

e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalamannya dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 300–1000 cm. Batuan induk berasal dari tuf, dan material vulkanik.

f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim subhumid atau subarid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.

g. Podsolik merah kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga kuning, kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.

h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri atas horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk berupa batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung, dan tuf vulkan masam. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering, topografi pegunungan. Contohnya, di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya (Papua).

i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.

j. Mediteran merah – kuning
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi karst dan lereng vulkan, ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.

k. Hidromorf kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5-6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.

l. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun) dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10-15 cm dari muka tanah dan setebal 2-5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan mangan dan besi, tebalnya bervariasi tergantung pada permeabilitas tanah. Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah latosol, mediteran dan regosol, samara-samara pada tanah aluvial dan grumosol.



4.                   ATMOSFER
Atmosfer tersusun atas kata atmos yang mempunyai arti uap dan sphaira yang mempunyai arti bola. Atmosfer merupakan lapisan udara yang membulat yang berfungsi sperti membungkus bola bumi. Atmosfer salah satu adalah bagian bumi. Karena terpengaruh gaya berat yang menyebabkan atmosfer berotasi bersama dengan bumi setiap hari dan berevolusi terhadap matahari. Tebal dari atmosfer bumi kurang lebih 1.000 km. lapisan udara yang Semakin tinggi menyebabkan tekanannya semakin rendah.

Lapisan-lapisan atmosfer

Atmosfer mempunyai beberapa lapisan:

1. Troposfer

Troposfer adalah lapisan atmosfer yang paling bawah dan dekat permukaan bumi. Karakteristik troposfer yaitu sebegai berikut:
a. Semakin ke atas maka semakin berkurang suhunya.
b. Dieprkirakan 80% dari keseluruhan massa gas ada di lapisan ini.
c. Pada troposfer adalah tempat terjadinya kejadian cuaca, seperti: hujan, awan, petir, angin.
d. Pada Puncak troposfer ada lapisan peralihan yang bernama tropopause.

2. Stratosfer

Lapisan kedua yang terletak diatas troposfer ialah strastosfer yang punya ketinggian di katulistiwa dari 16 km sampai 55 km. karakteristik stratosfer yaitu :
a. Di lapisan stratosfer ini ada invers suhu, yaitu suhu udara semakin tinggi sesuai naiknya ketinggian. Rerata suhu mencapai masimal kurang lebih 570C.
b. Di level ketinggian lebih dari 30 km, ada lapisan ozon (O3) yaitu : lapisan-lapisan yang memberi perlindungan pada troposfer dan permukaan seluruh bumi dari bahaya radiasi sinar ultraviolet matahari yang berlebihan.
c. Di puncak Terdapat lapisan antara yang bernama stratopause.

3. Mesosfer

Lapisan nomor tiga yang menyelubungi atmosfer ialah mesosfer yang punya ketinggian antara 55 km sampai 80 km dari permukaan bumi. Karakteristik mesosfer yaitu :
a. Tempat terjadinya pembakaran meteor-meteor sehingga bentuknya terurai yang kemudian jatuh menuju ke permukaan bumi.
b. pada ketinggian 55 km maka Suhu semakin berkurang.
c. Pada puncak mesosfer Terdapat lapisan antara yang bernama mesopause, pada lapisan tersebut terjadi refleksi atau pemantulan gelombang radio yang berketinggian antara 50 sampai 90 km di atas permukaan bumi yang bernama lapisan D.

4. Thermosfer (Ionosfer)
Lapisan ke-4 atmosfer bernama thermosfer (ionosfer) yang punya ketinggian mulai 80 km sampai 800 km dari permukaan bumi. Karakteristik thermosfer (ionosfer) yaitu:
a. Di thermosfer (ionosfer) ini mengalami invers suhu sangat tajam disebabkan adanya penyerapan radiasi sinar X dan ultraviolet dari matahari.
b. Terdapat lapisan F yang mempunyai ketinggian 150 sampai 300 km lebih mengalami ionisasi disebabkan sinar ultraviolet yang berasal dari cahaya matahari banyak mengandung ionitrigen.
c. Pada lapisan yang mempunyai ketinggian 90 sampai 120 km akan mengalami ionisasi pada lapisan E yang karena oleh sinar X yang berasal dari matahari, terdiri dari nitrogen dan eksgen.
d. Ionosfer sangat bermanfaat pada bidang telekomunikasi karena Ionosfer bisa memantulkan gelombang-gelombang radio yang punya frekuensi lebih tinggi, contohnya stasiun pemancar televisi ke bumi dan bisa diterima di seluruh dunia.

5. Eksosfer atau Dissipasisfer

Eksosfer atau Dissipasisfer mempunyai ketinggian 800-1000 km dari permukaan bumi. Pada Eksosfer atau Dissipasisfer mengalami gerakan-gerakan atom tidak beraturan. Eksosfer atau Dissipasisfer adalah lapisan paling panas dan molekul udara bisa meninggalkan atmosfer pada ketinggian 3.150 km dari permukaan bumi. Eksosfer atau Dissipasisfer biasanya bernama lapisan geostasioner atau antar planet.

5.                   BIOSFER
Biosfer berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi biosfer merupakan gabungan dari dua kata, yaitu bio yang berarti hidup dan sphere yang berarti lapisan. Jadi, biosfer adalah lapisan tempat hidup (habitat) makhluk hidup. Biosfer adalah zona dekat permukaan bumi, yang cocok bagi kehidupan dalam satu bentuk ke bentuk lainnya. Biosfer meliputi lapisan litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Ketiga lapisan tersebut saling berinteraksi dan membentuk lapisan biosfer tempat ditemukannya kehidupan di bumi.
Tempat atau bagian dari permukaan bumi yang dapat mendukung kelangsungan hidup organisme dinamakan biosfer. Biosfer di permukaan bumi meliputi lapisan udara (atmosfer) sampai ketinggian 8–10 m dpl, lapisan air (hidrosfer) sampai kedalaman sekitar 200 meter, maupun pada litosfer sampai kedalaman beberapa meter di bawah tanah tempat organisme masih dapat ditemukan.
Secara umum biosfer dapat dikelompokkan menjadi dua biosiklus (lingkungan hidup), yaitu biosiklus daratan dan perairan. Biosiklus daratan terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil yang disebut bioma, yaitu bentang lahan (landscape) yang memiliki karakteristik khas yang berdasarkan keadaan iklimnya didominasi oleh flora dan fauna tertentu.
Setiap zona dan subzona di permukaan bumi memiliki jenis flora dan fauna yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungannya. Flora dan fauna yang hidup pada suatu bioma disebut biota. Bagian yang lebih kecil dari bioma yang merupakan tempat berlangsungnya kehidupan organisme disebut habitat. Bentuk penyesuaian diri suatu organisme terhadap lingkungannya disebut adaptasi. Dua spesies makhluk hidup dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung (nisia) yang berbeda. Nisia (Niche) adalah status fungsional suatu organisme dalam suatu ekosistem.
Setiap jenis makhluk hidup mempunyai tempat masing-masing di biosfer untuk tetap hidup sesuai dengan caranya. Tempat hidup itu disebut habitat, yaitu tempat hidup suatu organisme. Tempat hidup dengan unsurunsurnya beserta makhluk hidup yang tinggal di suatu kawasan secara keseluruhan akan membentuk sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Sistem kehidupan di biosfer yang sebesar bumi secara umum dibagi menjadi ekosistem daratan (terrestrial ecosystem), ekosistem laut (marine ecosystem), dan ekosistem air tawar (fresh water ecosystem).
Makhluk hidup atau organisme memiliki tingkat organisasi yang berkisar dari tingkat yang paling sederhana (protoplasma) ke tingkat organisasi yang paling kompleks (biosfer). Tingkat organisasi dari bawah ke atas, semakin kompleks.
Protoplasma adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organic yang kompleks seperti lemak, protein, dan sejenisnya. Sel adalah satuan dasar suatu organisme dan terdiri atas protoplasma dan inti yang terkandung dalam membran. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama, misalnya jaringan otot.
Organ adalah bagian dari suatu organisme yang mempunyai fungsi tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan dan manusia, daun atau akar pada tumbuhan. Sistem organ adalah kerja sama antara struktural dan fungsional yang harmonis, misalnya kerja sama antara mata dan telinga, antara daun dan batang pada tumbuhan.
Organisme adalah suatu benda hidup, atau makhluk hidup.
Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan berkembang biak pada suatu daerah tertentu. Misalnya, populasi manusia di Jakarta, populasi banteng di Baluran, atau populasi badak di Ujung Kulon.
Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu. Pada daerah tersebut tiap populasi saling berinteraksi. Misalnya, populasi harimau berinteraksi dengan populasi gajah di Sumatra Selatan, populasi ikan emas berinteraksi dengan populasi ikan mujaer di kolam.
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara organisme dan lingkungannya baik yang hidup maupun tak hidup (tanah, air, udara), yang secara bersamasama membentuk suatu sistem ekologi. Misalnya, ekosistem hutan mangrove di Segara Anakan atau ekosistem air tawar di danau Toba.